kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi motor: Anggota kami tidak lakukan kartel


Selasa, 06 September 2016 / 21:05 WIB
Asosiasi motor: Anggota kami tidak lakukan kartel


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Sidang dugaan kartel motor skuter matic (skutik) 110-125 cc di Indonesia antara PT Yamaha Motor Indonesia Manufacturing (YMIM) dan PT Astra Honda Motor (AHM) masih terus berlanjut.

Selasa (6/9), investigator Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menghadirkan Gunadi Shinduwinata, Ketua Asoasiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) sebagai saksi.

Gunadi menjelaskan, kenaikan harga yang dilakukan kedua produsen motor itu merupakan hal yang wajar. "Kenaikan itu tidak bisa langsung diimplementasikan secara langsung tapi secara bertahap jadi kenaikan selama tiga kali dalam setahun, ya wajar saja," ungkap dia.

Kemudian, ia juga meyakini setiap anggotanya tidak ada yang melalukan persengkokolan harga atawa kartel. Sebab, kedua perusahaan itu masih terus gencar dalam mempromosikan produknya.

"Kalau melakukan kartel ya tak perlu adanya promosi di tv atau promo hadiah lain langsung saja bagikan kue secara cuma-cuma," tambah Gunadi.

Sekadar tahu, dalam hal ini investigator KPPU mengindikasikan YMIM dan HPM melakukan persengkokolan dalam menentukan harga motor skutik. Di mana, keduanya dalam hal ini diduga menetapkan harga secara bersama-sama pada 2014 silam.

KPPU mencatat dalam kurun waktu setahun (2014) keduanya telah melakukan tiga kali kenaikan harga yang tidak wajar. "Di setiap kenaikannya itu bisa mencapai Rp 400.000 hingga Rp 600.000," ungkap salah satu investigator KPPU Helmi Nurjamil.

Kenaikan yang tidak wajar itu dinilainya lantaran ketidaksesuaian indikator yang terjadi di lapangan. Gunadi menjelaskan dalam persidangan, kenaikan harga sepedah motor itu dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenaikan upah karyawan dan fluktuasi rupiah.

Fluktuasi rupiah itu berasal 15% dari komponen motor yang masih impor sementara 85% komponen lainnya sudah berasal dari Indonesia. "Kalau ditinjau dari dua hal itu kenaikkan harga itu tidak lah wajar, seharusnya konsumen bisa membeli motor dengan lebih murah," tegas Helmi.

Apalagi untuk YMIM dan HPM yang diklaimnya sebagai perusahaan besar seharusnya bisa mencegah fluktuasi rupiah lebih dini. Keduanya juga merupakan penguasa pangsa pasar motor skutik dengan 95%.

"Kalau opini konsumen ketika penguasa pangsa pasar menaikan harga berarti, oh iya berarti wajar adanya kenaikan harga. Ketika sutruktural konsumen faktor itu tidak sesuai berartikan ada permainan disana," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×