kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Arus modal asing masih mengalir masuk, ini kata ekonom Indef


Senin, 23 November 2020 / 21:30 WIB
Arus modal asing masih mengalir masuk, ini kata ekonom Indef
ILUSTRASI. Kendaraan melintas di Jalan?Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (30/9/2020). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arus modal asing terus masuk ke pasar keuangan domestik, bahkan hingga pekan ketiga November 2020. Bank Indonesia (BI) mencatat, dalam periode 16 November 2020 hingga 19 November 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik mencatat beli netto sebesar Rp 8,53 triliun. 

“Dengan beli netto di asar SBN sebesar RP 7,04 triliun dan beli netto di pasar saham sebesar Rp 1,49 triliun,” tutur Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira melihat, masuknya arus modal asing berpotensi masih akan terus meningkat ke depannya, karena optimisme yang terbangun dari stimulus di Amerika Serikat (AS) dan progres vaksin yang semakin positif. 

Baca Juga: Penerimaan pajak dari 3 sektor usaha ini mulai pulih

Selain itu, ini juga ditopang oleh pemulihan permintaan dari global, khususnya negara tujuan ekspor utama Indonesia, seiring dengan prospek perekonomian negara-negara tersebut yang sudah mulai membaik. 

“Harapannya, bisa mendorong perbaikan dari ekspektasi investor terhadap prospek pemulihan ekonomi di 2021. Mereka akan lebih pede masuk ke aset yang lebih berisiko,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (23/11). 

Akan tetapi, Bhima pun mengingatkan akan beberapa risiko yang perlu diwaspadai terkait prospek inflow ke depan. Seperti contohnya, adanya potensi gelombang kedua Covid-19. Untuk itu, ia mengimbau pemerintah untuk tetap meningkatkan fokus ke sektor kesehatan. 

Selain itu, risiko lain datang dari defisit anggaran. Menurutnya, investor asing yang ingin masuk akan cenderung mengamati seberapa kuat fiskal dalam menghadapi pelebaran defisit, menghadapi kenaikan beban untuk pembayaran utang, dan apa upaya pemerintah mengembalikan defisit agar kembali turun. 

Baca Juga: Belum tentukan tarif cukai rokok 2021, Sri Mulyani masih menggodok lima aspek ini

Investor asing pun juga akan mencermati kondisi stabilitas politik di Indonesia dan juga keamanan. Menurutnya, investor ini akan melihat apa-apa saja yang mampu mengganggu stabilitas politik dan keamanan yang ada di Indonesia. “Sejak adanya kedatangan HRS, lalu adanya potensi konflik horizontal di tengah masyarakat, dan ini perlu dijaga betul karena ini menjadi faktor utama yang membuat investor confidence atau tidak,” tambahnya. 

Bhima juga mengungkapkan, hal lain yang perlu dicermati adalah terkait dengan tingkat suku bunga. Menurutnya, kalau tingkat suku bunga acuan terlalu rendah, inflow bisa berbelok ke investasi foreign direct investment (FDI) yang lebih riil. 

Lebih lanjut, aliran modal asing yang masuk ini juga akan membawa angin segar bagi prospek rupiah. Bhima memprediksi, nilai tukar rupiah bisa bergerak di kisaran RP 14.100 hingga Rp 14.400 per dollar AS hingga akhir tahun 2020. 

Selanjutnya: Sri Mulyani: Realisasi pembiayaan utang capai Rp 958,6 triliun hingga Oktober

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×