kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

APBN Mencatatkan Defisit Rp 169,5 Triliun per Oktober, Ini Kata Menkeu


Kamis, 24 November 2022 / 14:57 WIB
APBN Mencatatkan Defisit Rp 169,5 Triliun per Oktober, Ini Kata Menkeu
ILUSTRASI. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 mulai mencatat defisit pada Oktober 2022.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 mulai mencatat defisit pada Oktober 2022. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, defisit APBN pada Oktober 2022 sebesar Rp 169,5 triliun atau sebesar 0,91% dari produk domestik bruto (PDB).

Sri Mulyani Indrawati mengatakan, jika dibandingkan dengan terget defisit pada Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022, total defisit yang ditetapkan mencapai Rp 840,2 triliun atau 4,5% dari PDB.

“Jadi Defisit APBN pada Oktober ini masih jauh lebih rendah dari Perpres 98/2022,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KITA, Kamis (24/11).

Baca Juga: Pemerintah Masih Terbitkan Surat Utang Tiga Kali Lagi Tahun ini

Meski sudah mencatatkan defisit, Sri Mulyani mengatakan, keseimbangan primer RI masih tercatat surplus Rp 146,4 triliun. Seiring dengan kondisi tersebut, pembiayaan anggaran tercatat menurun 27,7% secara tahunan menjadi Rp 439,9 triliun.

“Jadi kondisi pembiayaan anggaran ini menunjukan titik balik kondisi APBN yang menjadi lebih baik,” jelasnya.

Seiring kondisi tersebut, negara memiliki sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) sebesar Rp 270 triliun, atau lebih tinggi dari SILPA pada periode sama tahun 2021 yang sebesar Rp 57 triliun.

Bendahara keuangan negara ini mengatakan, untuk menghadapi kewaspadaan tahun depan, pemerintah akan menggunakan SILPA yang cukup signifikan sebagai pembiayaan. Ini karena faktor pembiayaan tahun depan akan menghadapi polatilitas yang tinggi, sehingga akan diminimalkan risikonya dengan kemampuan pemerintah menjaga cash flow.

Baca Juga: Kemenkeu Catat Utang Pemerintah Hingga September Capai Rp 7.420 Triliun

“Ini yang sedang kita lakukan sampai akhir tahu, jadi nanti kalau ngeliat SILPA agak besar itu memang sesuai desain untuk mengelola risiko bagi anggaran tahun selanjutnya,” jelasnya.

Untuk diketahui, defisit APBN ini berasal dari belanja negara yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan negara. Realisasi belanja negara mencapai Rp 2.351,1 triliun, sementara itu pendapatan negara mencapai Rp 2.181,6 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×