Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kemungkinan pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve Fed) diproyeksikan akan dipercepat. Bila itu dilakukan, bisa jadi dalam waktu dekat akan ada dana keluar dari pasar saham dan Surat Utang Negara (SUN) yang cukup besar.
Jika pengurangan stimulus dilakukan, maka The Fed akan menarik stimulus US$ 85 miliar per bulan. Namun begitu, pemerintah mengaku tak khawatir. Alasannya adalah, jumlah cadangan devisa masih bisa bertambah.
Cadangan devisa nantinya digunakan sebagai bantalan, apabila terjadi capital outflow di pasar saham dan pasar surat berharga. Hingga akhir Oktober 2013 saja, jumlah cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 97,0 miliar, atau naik US$ 1,3 miliar dari bulan September 2013.
Menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, jumlah cadangan devisa tidak akan berkurang, sebab Bank Indonesia (BI) tidak akan mengintervensi di pasar uang. Meskipun hingga saat ini nilai tukar rupiah terus merosot.
Selain itu, Chatib bilang sejauh ini dana masuk terus terjadi, terutama di pasar obligasi. Selain itu, pemerintah juga memiliki dana cadangan krisis dari Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan (BOJ) sebesar US$ 12 miliar, Bank Rakyat China (PBOC) sebesar Rp 175 triliun, serta dengan Bank of Korea sebesar Rp 115 triliun.
“BSA yang kita miliki sudah cukup, dan kita tidak berencana untuk menambahnya,” ujar Chatib, akhir pekan lalu. Dari data yang diperoleh dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), diketahui kalau kepemilikan investor asing dalam Surat Utang Negara (SUN) per 19 November sebesar Rp 318,8 triliun, lebih tinggi dari posisi bulan Oktober yang hanya sebesar Rp 318,11 triliun.
Sedangkan untuk total capital inflow hingga bulan September 2013 sudah mencapai Rp 6,48 triliun. Bahkan, pada bulan September saja ada capital inflow mencapai Rp 0,13 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News