kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Apa itu garis pertahanan kedua ala BI untuk menjaga rupiah?


Jumat, 27 April 2018 / 06:30 WIB
Apa itu garis pertahanan kedua ala BI untuk menjaga rupiah?


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia akan melakukan beberapa strategi diantaranya akan mengembangkan second line of defense. Hal ini terkait menjaga nilai tukar rupiah dan memperkuat nilai tukar.

Gubernur BI Agus Martowarojo mengatakan, BI selaku bank sentral selalu hadir di pasar dan meyakinkan stabilitas nilai tukar. Hal ini untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar jauh di bawah fundamental.

Second line of defense cara BI adalah kerja sama kurs semisal lewat Bilteral Swap Agreement (BSA) maupun Bilateral Currency Swap Agreement (CSA).

Kerja sama ini dilakukan dengan negara sahabat seperti yang sudah dilakukan bersama Jepang sebesar US$ 22,7 miliar, lewat Chiang Mai Initiative Multilateralization Agreement, dan negara ASEAN seperti Korea dan Australia.

“Itu bentuk ketahanan yang terus kita akan lakukan untuk mengkoordinasikan dan meyakini, bahwa goncangan dunia diperkirakan akan naik, seperti kenaikan US Treasury yield, tekanan perdagangan, dan risiko geopolitik ini bisa kita lewat,” ujar Agus selepas konferensi pers di gedung BI, Kamis (26/4).

Agus menambahkan, ekonomi dunia memiliki dinamika yang cukup besar terutama ketika ekonomi negeri Paman Sam terjadi perbaikan baik dari sisi konsumsi maupun investasinya. Belum lagi suku bunga bank sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed) berpotensi menaikkan suku bunganya lebih dari tiga kali dalam satu tahun ini.

Tekanan lainnya, menurut Agus bisa datang dari harga minyak dan sengketa dagang negara-negara besar termasuk AS dan China.

“Kondisi global memang ada ketidakpastian, tetapi  kondisi Indoneisa yang secara ekonomi lebih baik. Jadi, kita melihat bahwa kondisi ini lebih bersifat temporer. Kalau nanti ini sudah menjadi lebih baik ini semua akan kembali lebih baik,” ujarnya optimistis.

Selama ini, Bank Indonesia telah menggelontorkan cadangan devisa untuk menahan gejolak rupiah. Di mana pada bulan Maret lalu cadangan devisa BI sudah mencapai US$ 126 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×