Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terkait adanya embargo vaksin AstraZeneca di India, Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippindo) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang berharap, pemerintah dapat melakukan lobi terhadap produsen vaksin kembali untuk dapat menutupi vaksin yang tertunda.
Hal tersebut mengingat agar adanya embargo vaksin AstraZeneca di India tidak mengganggu jadwal vaksinasi yang telah disiapkan. Khusus juga program vaksinasi gotong royong, Sarman berharap agar PT Bio Farma juga dapat dibantu untuk mendapatkan vaksin.
"Karena jika vaksin tertunda tentu dapat mengganggu jadwal vaksinasi,ini akan memperlambat proses pemulihan perekonomian nasional," kata Sarman kepada Kontan.co.id pada Minggu (28/3).
Baca Juga: Pengiriman vaksin AstraZeneca terkendala embargo di India, ini kata ekonom Indef
Namun, Sarman meyakini bahwa dengan jaringan yang sudah dimiliki Pemerintah maka, terkait potensi penundaan pengiriman akan dapat teratasi. "Kita sangat yakin dengan jaringan yang dimiliki Pemerintah akan mampu mengatasi hal ini," imbuhnya.
Sarman menyebutkan saat ini vaksinasi menjadi salah satu tumpuan dalam rangka kesehatan, keselamatan masyarakat dan percepatan pemulihan perekonomian nasional.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa, adanya embargo vaksin AstraZeneca di India lantaran terjadi kenaikan kasus disana. Budi menambahkan, vaksin AstraZeneca dan Novavax sendiri diproduksi cukup besar di India.
"Ada berita buruk, India itu termasuk yang naik kasusnya. Karena dia naik di embargo vaksinnya nggak boleh keluar AstraZeneca yang dikirim ke WHO atau GAVI. Akibatnya panik WHO dan GAVI karena memang India adalah pabrik vaksin terbesar di dunia di luar China," jelas Budi dalam acara Rilis Survei Nasional Charta Politika secara virtual pada Minggu (28/3).
Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Minggu (28/3): Tambah 4.083 kasus baru, tetap jaga jarak
Lantaran adanya embargo di India maka berakibat berkurangnya supply vaksin di Indonesia. Seharusnya Indonesia kedatangan jatah 11,7 juta vaksin AstraZeneca dalam periode bulan Maret sampai April 2021. Dengan adanya embargo maka WHO disebut melakukan realokasi pengiriman vaksin.
"Kita harusnya dapat jatah sekitar 11,7 juta pada Maret - April, apatnya baru kayak kemarin yaitu 1,1 juta. Nah yang 10,6 juta (dosis) nyangkut," kata Budi.
Mengenai stok vaksin Covid-19, Maret ini Budi menyebut, ketersediaan vaksin Covid-19 dari Sinovac masih cukup banyak. Namun untuk April nanti stok vaksin Sinovac hanya ada 7 juta dosis, lantaran Bio Farma saat ini sedang melakukan peningkatan kapasitas mesin produksi vaksin.
"Bulan April, Sinovac cuma 7 juta. Baru mulai tanggal 15 lagi, saya deg-degan. Karena sedang di-cleansing mesinnya sama Biofarma untuk diupgrade supaya mulai bulan Mei lebih besar [kapasitasnya]. Jadi saya cuman punya 7 juta stok dari Sinovac, tadinya saya pikir bisa dapat 7,5 dari AstraZeneca jadi bisa 15 juta," ungkapnya.
Baca Juga: Kemenkes pastikan tak ada kejadian pasca-vaksinasi Covid serupa Sulut di daerah lain
Oleh karena itu, Budi khawatir dengan ketersediaan vaksin yang akan mengganggu laju vaksinasi. Dengan total suntikan perhari saat ini dibandingkan dengan ketersediaan vaksin di bulan April yaitu 7 juta dosis, maka Budi memperkirakan stok vaksin hanya ada selama 14 hari.
"Saya sedang atur malam ini bagaimana sisa yang ada kita bisa pelan-pelan tahan. Tolong Kepala Daerah bisa jelaskan ke masyarakat pelan-pelan biar ngga marah duluan. Kita beruntung punya sumber empat vaksin satu kena masih ada tiga, walau agak pincang-pincang. Saya ngga kebayang kalo di Eropa semua hampir AstraZeneca," jelasnya.
Selanjutnya: Kemenkes: Seluruh efek samping vaksinasi AstraZeneca di Sulut sudah teratasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News