Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komperhensif Regional (RCEP) jadi sorotan anggota Komisi VI DPR. Perjanjian tersebut melibatkan negara ASEAN ditambah China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Anggota Komisi VI DPR RI Elly Rachmat Yasin menilai, kehadiran China dinilai dapat mendominasi perdagangan dalam RCEP termasuk ke Indonesia.
"Mengapa Indonesia justru seolah menjadi pelopor dalam RCEP walaupun nilai perdagangan dengan Tiongkok terus mengalami defisit," ujar Elly saat rapat dengan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Senin (13/12).
Baca Juga: Pemerintah akan percepat penyelesaian perjanjian dagang
Politis PPP itu meminta agar Indonesia fokus pada perdagangan yang memberikan surplus besar. Salah satu negara yang menjadi contoh adalah Amerika Serikat.
Hal serupa juga disampaikan anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Hanteru. Selama tahun 2014 hingga 2019 lalu, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan negara-negara anggota RCEP.
"Pada tahun 2019, data yang kita punya, 67% proporsi impor kita berasal dari negara-negara RCEP itu lebih tinggi daripada ekspor kita yang cuma 57%," ungkap Deddy.
Deddy juga mencatat Indonesia mengalami defisit sebesar US$18 miliar dengan negara-negara RCEP selama periode 2014-2019. Deddy meminta penyiapan skenario agar Indonesia dapat memanfaatkan perjanjian dagang terbesar di dunia tersebut.
Baca Juga: RCEP akan berlaku mulai 1 Januari 2022, Indonesia belum melakukan ratifikasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News