Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Negara-negara anggota Dana Moneter Internasional (IMF) telah sepakat untuk menahan diri melakukan devaluasi mata uang kompetitif untuk mengambil keuntungan.
Menanggapi hal ini, Ekonom Maybank Myrdal Gunarto berpendapat bila kesepakatan tersebut dapat terealisasi, maka dampak perang mata uang (currency war) yang tengah marak dapat diminimalisir.
"Bagi Indonesia, kita berharap dapat menjaga stabilitas volume ekspor maupun impor kita. Yang terpenting nilai tukar kita juga tetap stabil terhadap mata uang yang likuid di perdagangan internasional yaitu dollar Amerika Serikat," tutur Myrdal.
Menurut Myrdal, devaluasi mata uang akan menguntungkan negara-negara eksportir besar seperti China dan Jepang. Pasalnya, volume ekspor akan meningkat ketika mata uang lebih murah. Namun, bagi negara importir besar, ini akan memperdalam defisit neraca perdagangan.
Myrdal menambahkan, Indonesia pun harus menjaga performa perdagangan. Berbagai upaya yang bisa dilakukan adalah menjaga performa ekspor berbasis komoditas, menjaga hubungan yang baik dengan negara utama mitra dagang, juga mendorong performa ekspor produk berbasis industri dan yang memberikan nilai tambah besar.
Hingga saat ini, Myrdal berpendapat, trade balance Indonesia masih negatif. "Trade balance masih negatif karena performa ekonomi yang stabil sehingga mendorong kenaikan impor," tutur Myrdal.
Untuk itu, sebagai target jangka menegah panjang dan untuk mengurangi impor, Indonesia harus menggenjot performa ekonominya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News