kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Anggaran belanja subsidi listrik naik lebih 100%


Jumat, 09 Maret 2012 / 21:24 WIB
Anggaran belanja subsidi listrik naik lebih 100%
ILUSTRASI. IHSG berhasil ditutup menguat signifikan 1,49% di level 6.358,21 pada Jumat, 12 Maret 2021. IHSG hari ini diperkirakan menguat ke 6.394 dengan rekomendasi saham hari ini, BBRI, INTP, MAPI dan lainnya./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/27/01/2021.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Edy Can

JAKARTA. Anggaran subsidi listrik membengkak lebih 100% dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2012. Pemerintah beralasan, konsumsi listrik masih bergantung pada bahan bakar minyak (BBM).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menjelaskan, mayoritas struktur pembiayaan listrik masih menggunakan BBM. Menurutnya, biaya yang harus dirogoh hanya sebesar 36 hingga 40 sen dollar Amerika Serikat per kilowatt hour (Kwh).

Karena itu, Jero mengaku sedang mengalihkan konsumsi listrik dengan BBM ke konsumsi gas atau tenaga matahari. Pasalnya, biayanya lebih murah. "Kalau tenaga matahari yang sedang saya siapkan besar-besaran dalam 10 tahun pertama itu 23 sen per Kwh, setelah 10 tahun itu hanya tinggal 3-4 sen per Kwh," katanya, Jumat (9/3).

Seperti diketahui, anggaran subsidi listrik dalam RAPBNP 2012 diperkirakan mencapai Rp 93,05 triliun. Anggaran subsidi listrik naik sebesar Rp 48,09 triliun atau 107% bila dibandingkan pagu alokasi anggaran subsidi listrik yang sebesar Rp 44,96 triliun dalam APBN 2012.

Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, beban subsidi listrik tahun ini membengkak karena harga high speed diesel (HSD) naik. Disisi lain, dia mengatakan, konsumsi masyarakat masih besar karena ada keterlambatan di pembangkit batubara. "Kalau HSD masih besar maka subsidi pasti di atas yang diperkirakan," katanya.

Bambang mengatakan, pemerintah juga tidak bisa menekan volume pemakaian listrik. Sebab, dia mengatakan, asokan gas masih kurang dan pembangkit listrik terlambat masuk. "Yang pembangkit 10.000 tahap satu itu selain terlambat masuk juga ada yang kapasitatornya masih di bawah, jadi tidak beroperasi 100%, jadi kalau harusnya 100 MW tapi keluarnya 50 MW, 50 nya lagi pakai apa," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×