kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.254   -54,00   -0,33%
  • IDX 7.060   -6,00   -0,08%
  • KOMPAS100 1.056   0,40   0,04%
  • LQ45 829   -1,04   -0,12%
  • ISSI 215   -0,05   -0,02%
  • IDX30 424   -0,31   -0,07%
  • IDXHIDIV20 514   0,62   0,12%
  • IDX80 120   -0,15   -0,12%
  • IDXV30 125   0,63   0,51%
  • IDXQ30 142   0,20   0,14%

Pemerintah siapkan risiko fiskal di RAPBN 2012


Rabu, 07 Maret 2012 / 22:23 WIB
Pemerintah siapkan risiko fiskal di RAPBN 2012
ILUSTRASI. Ketua IDI Daeng M. Faqih meminta masyarakat untuk mewaspadai keberadaan mutasi virus corona baru yang ditemukan di Inggris, yaitu N439K.


Reporter: Herlina KD | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Perkembangan kondisi ekonomi dunia berpengaruh pada melesetnya asumsi ekonomi makro yang dipatok dalam RAPBNP 2012. Terkait hal itu, pemerintah mempersiapkan risiko fiskal akibat melesetnya asumsi ini.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, fluktuasi kondisi ekonomi global menyebabkan risiko melesetnya asumsi makro dan kebijakan fiskal cukup tinggi.

Pemerintah, kata dia, dalam RAPBNP 2012 mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%. Angka ini lebih tinggi ketimbang proyeksi dari beberapa lembaga ekonomi internasional yang mematok di kisaran 6,15 - 6,2%. Tapi, "Kalau kita memberikan fokus kepada percepatan anggaran, memperbaiki infrastruktur dan melaksanakan MP3EI, itu kita harapkan bisa mencapai 6,5%," jelas Agus Rabu (7/3).

Agus juga bilang, pemerintah tetap memiliki bantalan agar fiskal tetap terjaga kredibel dan sehat. Ia mencontohkan, upaya pemerintah untuk menjaga agar fiskal tetap terjaga adalah dengan melakukan revisi APBN melalui RAPBNP karena harga minyak dunia sudah jauh di atas asumsi ICP yang dipatok. "Rata-rata harga ICP sekarang sudah US$ 119 per barel, itu kita perlu melakukan penyesuaian," katanya.

Selain itu, pemerintah juga meningkatkan stimulus untuk pembangunan infrastruktur. Makanya, pemerintah melakukan percepatan RAPBNP.

Dalam draf RAPBNP 2012 yang dikutip KONTAN Rabu (7/3) menyebutkan, risiko fiskal akibat variasi asumsi makro digambarkan dalam bentuk analisis sensitivitas aprsial terhadap angka dasar defisit APBN. Pada tahun anggaran 2012, jika pencapaian pertumbuhan ekonomi lebih rendah 1% dari angka asumsi, maka tambahan defisit pada RAPBNP 2012 diperkirakan sekitar Rp 5,78 triliun - Rp 7,03 triliun.

Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap nilai tukar dolar AS juga akan berdampak pada pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Nah, dalam RAPBNP 2012, setiap depresiasi nilai tukar Rp 100 dari angka asumsi, maka tambahan defisit dalam RAPBNP diperkirakan sebesar Rp 2,02 triliun - Rp 2,46 triliun.

Perubahan tingkat suku bunga SPN 3 bulan juga akan berdampak pada sisi belanja negara. Dalam RAPBNP 2012 disebutkan, jika suku bunga SPN lebih tinggi 25 basis poin alias 0,25% dari asumsi, akan membuat tambahan defisit sebesar Rp 380 miliar - Rp 460 miliar.

Selain itu, fluktuasi harga minyak mentah juga akan berpengaruh pada anggaran, terutama pada pendapatan dan belanja negara. Di sisi pendapatan, kenaikan ICP akan mendongkrak Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Tapi di sisi lain, peningkatan ICP akan membuat belanja subsidi membengkak. Setiap pergeseran ICP US$ 1 per barel dari asumsi, akan ada tambahan defsiit anggaran sebesar Rp 540 miliar - Rp 650 triliun.

Penurunan lifting minyak mentah juga akan membuat pendapatan PPh migas dan PNBP migas menurun. Jika realisasi lifting minyak mentah lebih rendah 10.000 barel per hari ketimbang asumsi yang dipatok, maka tambahan defisit anggaran dalam RAPBNP sekitar Rp 2,01 triliun - Rp 2,56 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×