kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis memproyeksi BI masih akan menahan suku bunga pada RDG pekan depan


Minggu, 12 Desember 2021 / 14:51 WIB
Analis memproyeksi BI masih akan menahan suku bunga pada RDG pekan depan
ILUSTRASI. Layar menampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan depan, tepatnya 15-16 Desember 2021, Bank Indonesia (BI) akan menggelar rapat dewan gubernur (RDG) terakhir di tahun 2021. Sejumlah analis memproyeksikan bank sentral akan menahan suku bunga acuannya di level 3,5%.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha menilai, BI masih berpeluang menahan tingkat suku bunga di RDG pekan depan. Sejumlah faktor dinilai bisa menjadi pertimbangan, di antaranya masih perlunya BI memberikan stimulus kepada beberapa sektor. 

Hal ini tercermin dari suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan yang hingga saat ini masih terpantau turun seiring dengan turunnya suku bunga kredit baru, yang ditujukan untuk meningkatkan permintaan kredit baru.

“Apalagi dengan upaya pemerintah menggerakkan roda perekonomian, tentu kebijakan suku bunga rendah akan tetap dibutuhkan,” terang Dustin kepada Kontan.co.id, Minggu (12/12).

Baca Juga: Andry Asmoro: Ekonomi Tahun Depan Bisa Tumbuh 5,17%

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Lingga Pratiwi memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga dan terus memantau dinamika perkembangan global, seperti dinamika kebijakan pengetatan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.

Adapun data terkini tingkat klaim pengangguran AS hanya sejumlah 184.000 orang atau terendah selama 59 tahun. Hal ini memicu kekhawatiran semakin meningkatnya inflasi akibat banyaknya orang yang bekerja kembali, yang menandakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

Kenaikan inflasi di AS berpotensi memicu kekhawatiran terhadap percepatan tapering yang akan segera disusul oleh kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga 25-50 basis point (bps) menuju antara 0,25%-0,50% akan setara dengan suku bunga rupiah di kisaran 3,26% dan 3,51%.

“Kondisi ini dengan sendirinya mungkin saja akan membuat Bank Indonesia berpotensi melakukan kebijakan ahead of the curve alias menaikkan suku bunga antara Januari-Maret 2022,” terang Lingga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×