kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alasan Organisasi Persiapan Pembangunan Pembangkit Nuklir (NEPIO) Diketuai Presiden


Rabu, 14 Desember 2022 / 14:30 WIB
Alasan Organisasi Persiapan Pembangunan Pembangkit Nuklir (NEPIO) Diketuai Presiden
ILUSTRASI. Struktur organisasi Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO).


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Energi Nasional (DEN) telah membeberkan struktur organisasi yang bertugas mempersiapkan pembangunan Pembangkit Listrik Nuklir (PLTN) yakni Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO). Adapun badan ini diketuai langsung oleh Presiden Indonesia. 

Satya Widya Yudha, Anggota DEN menjelaskan, NEPIO merupakan organisasi yang dipersiapkan untuk melakukan studi hingga implementasi proyek pembangkit nuklir. Badan ini terdiri dari kelompok-kelompok kerja (Pokja) yang diisi oleh anggota yang berlatar belakang spesifikasi keilmuan tertentu. Jadi tataran kebijakan menuju proyek nuklir akan diantar oleh NEPIO. 

Satya bilang jika NEPIO sudah ada Peraturan Presiden (Perpres) maka sudah ada keputusan nasional tentang percepatan pembangunan pembangkit nuklir. Dia menjelaskan lebih jauh, di beberapa negara yang mempunyai NEPIO, pimpinan tertinggi memang diisi oleh presiden. 

Baca Juga: Organisasi Persiapan Pembangunan Pembangkit Nuklir (NEPIO) Diketuai Presiden

“Diharapkan keputusan diambil dari jabatan tertinggi di suatu negara. Apalagi menyangkut nuklir, ini kan syarat dari  International Atomic Energy Agency (IAEA) harus ada keputusan nasional. Jadi dasarnya itu,” jelasnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Selasa (13/12). 

Salah satu patokan dalam pengembangan pembangkit nuklir ialah pertumbuhan ekonomi. Satya bilang, jika pertumbuhan ekonomi merangkak tinggi otomatis kebutuhan energi akan semakin besar. 

Di dalam skenario DEN yang nantinya akan diumumkan, ada dua skenario pertumbuhan ekonomi di 2060 yakni 5,2% dan 5,9%. Jika pertumbuhan ekonomi di 5,2% maka kebutuhan energi baru dan energi terbarukan (EBET) akan mencapai 60% dari energi primer. Sedangkan jika pertumbuhan ekonomi 5,9% maka EBET yang diperlukan sebanyak 61%. 

Lewat skenario ini, ketika pertumbuhan ekonomi naik, demand listrik meningkat, maka dibutuhkan energi bersih yang bisa mendukung permintaan tersebut. 

“Nuklir dipilih karena bisa beroperasi 24 jam sehingga energinya lebih stabil,” terangnya. 

Baca Juga: Dewan Energi Nasional Targetkan 8 GW Pembangkit Nuklir Beroperasi On-Grid pada 2040

Sejatinya, saat ini DEN telah mempunyai hitung-hitungan berapa kapasitas pembangkit nuklir yang akan terpasang untuk mendorong penggunaan energi bersih di Tanah Air. Namun, Satya belum bisa memerinci karena masih dalam proses simulasi. Adapun pembangkit nuklir juga akan masuk untuk mengisi gap pemanfaatan pembangkit batubara yang turun. 

“Nanti berapa GW batubara yang turun, baru nuklir masuk ke situ,” kata Satya. 

Dia menegaskan, NEPIO harus segera ada karena pembangunan pembangkit nuklir membutuhkan waktu yang panjang, bisa sampai 6 tahun sampai 7 tahun untuk persiapan hingga on stream

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×