kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Aktivitas manufaktur Indonesia stagnan sepanjang Januari 2019


Selasa, 05 Februari 2019 / 11:06 WIB
Aktivitas manufaktur Indonesia stagnan sepanjang Januari 2019


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali tahun 2019, aktivitas manufaktur Indonesia mengalami stagnansi. Nikkei dan IHS Markit, Senin (4/2) menunjukkan, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia hanya sebesar 49,9 di Januari 2019. Angka indeks tersebut turun dari capaian sebelumnya yakni 51,2 pada Desember 2018 lalu.

Survei Nikkei mencatat, kondisi permintaan mengalami pelemahan di awal tahun ini. Setelah naik pada Desember lalu, penjualan domestik mulai menurun sejalan dengan permintaan luar negeri yang melemah dan ekspor yang turun selama 14 bulan berturut-turut.

"Awal tahun 2019 agak mengecewakan bagi sektor manufaktur Indonesia karena pertumbuhan tidak terlihat pada awal tahun ini. Yang lebih mengkhawatirkan adalah penurunan permintaan, khususnya dari pasar domestik, yang turun pada kisaran paling tajam dalam kurun waktu satu setengah tahun," ujar Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw dalam keterangannya yang dikutip Kontan.co.id, Senin (4/2).

Penurunan permintaan berdampak pada berlebihnya kapasitas operasional, serta membebani produksi sehingga mengalami penurunan setelah lima bulan terakhir cenderung bertumbuh. Tingkat penciptaan lapangan kerja ikut menurun ke posisi terendah sejak Juni lalu.

Dalam catatan Nikkei, tekanan rantai pasokan pada industri manufaktur Indonesia juga semakin intensif pada awal tahun ini karena kekurangan bahan baku yang berakibat pada terganggunya jadwal pengiriman, khususnya pada industri logam, kertas, dan plastik. Untungnya, apresiasi nilai tukar rupiah membantu menahan kenaikan harga meski pelaku manufaktur melaporkan adanya kenaikan pada biaya.

"Nilai tukar rupiah terkini berperan penting terhadap penurunan tekanan biaya. Inflasi harga input mencapai posisi terendah sejak survei dimulai delapan tahun lalu, yang berkontribusi pada kenaikan kecil pada harga output,” lanjut Bernard.

Dalam jangka pendek, Bernard melihat aktivitas industri manufaktur Indonesia masih sedikit suram. Terutama, jika permintaan tidak kembali naik sehingga menambah kejenuhan pada kapasitas operasional secara berkelanjutan.

Kendati begitu, pelaku manufaktur melihat prospek jangka panjang industri masih positif. Kepercayaan diri berbisnis naik tinggi, dengan hampir setengah responden atau 47% memperkirakan kenaikan output pada tahun mendatang.

"Permulaan yang tidak begitu kuat ini bisa bersifat sementara. Data survei menunjukkan bahwa kepercayaan bisnis bertahan tinggi dengan perkiraan kenaikan output sepanjang tahun ke depan," tutup Bernard.

Sekadar informasi, angka headline PMI memberikan gambaran tentang kinerja manufaktur di suatu negara yang berasal dari pertanyaan seputar output, permintaan baru, ketenagakerjaan, inventori dan waktu pengiriman. Data indeks di atas 50 mengindikasikan peningkatan menyeluruh pada variabel, sedangkan apabila di bawah 50 maka terjadi penurunan menyeluruh pada variabel tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×