kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akademisi: Pengaplikasian pupuk dolomit dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan masam


Jumat, 19 Oktober 2018 / 22:13 WIB
Akademisi: Pengaplikasian pupuk dolomit dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan masam
ILUSTRASI. BERTANI DI IBU KOTA


Reporter: Annisa Maulida | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mendorong pemanfaatan lahan suboptimal untuk mendukung produksi pangan nasional dengan salah satu cara perluasan areal tanam lahan masam dengan mengoptimalkan kesuburan lahan berupa dolomit.

Dosen Universitas Brawijaya Malang, Setyono Yudo Tyasmoro menjelaskan, untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan masam atau lahan baru dibutuhkan teknologi yang sangat memungkinkan untuk pemberian material kesuburan lahan berupa dolomit.

“Kebutuhan dolomit pada lahan bukaan baru yang ideal 4 ton/ha. Peningkatan kesuburan tanah tentu akan berbanding lurus dengan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani,” lanjutnya pada FDG pengelolaan lahan masam secara berkelanjutan, Kamis (18/10).

Secara umum lahan bukaan baru dari lahan masam dan marginal kondisi tingkat keasaman tanah sekitar pH 4,0-5,0. Sedangkan umumnya tanaman membutuhkan kondisi keasaman yang ideal pada pH 6,0-6,5.

“Kesuburan yang rendah pada areal lahan baru mengakibatkan produktivitas hasil yang didapat juga sangat rendah, untuk lahan sawah kisaran 2,5-3 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG). Tingkat keasaman yang tinggi menjadi sebab kesuburannya rendah,” ujar Setyono.

Sementara, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Syekhfani mengatakan, peningkatan kesuburan tanah di lahan sulfat masam sangat mungkin dilakukan dengan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, dalam meningkatkan pH tanah dilakukan dengan aplikasi unsur Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).

Selain itu juga dengan meningkatkan ketersediaan unsur hara P dengan aplikasi reaktif pupuk posphat, dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dengan aplikasi bahan organik, mikroriza, hayati, dan amelioran lainnya.

Kepala Balai Penelitian Tanah, Balitbang Pertanian, Husnain mengakui potensi pengembangan lahan untuk pertanian yang belum dimanfaatkan masih cukup besar. Misalnya, lahan rawa dari total luas 34,1 juta ha berpotensi untuk pertanian sekitar 20 juta ha. Dari luas tersebut baru dimanfaatkan sekitar 3,68 juta ha atau sekitar 18%, sehingga masih ada 16,32 juta ha atau 82% yang belum dimanfaatkan.

Sedangkan lahan kering eksisting dari 17 juta ha yang masih potensial seluas 24,7 juta ha yang berada di kawasan budidaya pertanian (APL) seluas 5,7 juta ha, di kawasan Hutan Produksi (HP) 14,6 juta ha, dan 4,4 juta ha di kawasan Hutan Produksi Konservasi (HPK) sebagai lahan cadangan.

“Untuk mengatasi kemasaman tanah dibutuhkan aplikasi dolomit. Sebab, pupuk dolomit tidak hanya mengandung kapur, tapi juga mengandung unsur Magnesium yang cukup tinggi. Selain itu dolomit perlu diaplikasikan pupuk raw posphat dan bahan organik,” ujar Husnain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×