Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah akan bertindak tegas terhadap praktik-praktik yang merugikan petani dan konsumen, termasuk dugaan permainan harga dan manipulasi stok pangan oleh mafia.
Amran menyatakan, pihaknya bersama Satgas Pangan dari Mabes Polri tengah mendalami indikasi permainan besar di balik fluktuasi harga beras dan distribusi pangan di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta.
“Kami sudah koordinasi dengan Mabes Polri, segera turun. Jangan biarkan konsumen dan produsen itu menjerit. Kita harus dampingi. Jangan ada segelintir orang ingin merusak negara kita. Kita harus kolaborasi, negara harus kuat, negara tidak boleh kalah dari mafia,” jelasnya di Jakarta Selatan, Rabu (4/6).
Baca Juga: Pemerintah Klaim Stok Beras Bulog Capai 4 Juta Ton, Tapi Belum Berencana Ekspor
Amran mengungkapkan bahwa berdasarkan data Food Station Tjipinang dan penelusuran di lapangan ditemukan kecurigaan manipulasi data stok di PIBC.
“Harga beras di tingkat petani, penggilingan turun. Itu sesuai BPS, bukan data saya. Tapi harga di konsumen itu naik. Artinya apa? Ada yang tidak benar. Yang kedua adalah data dari Cipinang kita dapatkan, ada yang tidak normal. Yang biasanya masuk keluar beras itu 1.000 ton-3.500 ton per hari, tetapi ada satu hari selama lima tahun, satu hari keluar 11.000 ton,” ungkapnya.
Amran juga menyebutkan bahwa selama ini middleman (tengkulak) meraup keuntungan besar dibandingkan dengan pendapatan petani.
“Kita hitung-hitungan, petani itu dapatnya kira-kira Rp 1,5 juta per bulan per orang. Kalau selisih harga dari petani ke konsumen sebesar Rp 2.000, kemudian produksi kita 21 juta ton sampai bulan Mei ini, artinya apa, pendapatan middleman itu Rp 42 triliun,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, dari data yang dipaparkan Amran, rata-rata pemasukan beras di gudang Cipinang sepanjang bulan Mei 2025 sebesar 2.000 ton dengan rata-rata pengeluaran juga sebanyak 2.000 ton per harinya.
Namun, dia menemukan kejanggalan di mana pada tanggal 28 Mei 2025 stok awal beras yang mencapai 55.853 ton, dengan pemasukan beras sebanyak 2.108 ton di hari itu, tetapi pengeluaran beras sebanyak 11.410 ton.
Baca Juga: Harga Beras Naik, Mentan Temukan Anomali Data Pengeluaran Beras di Gudang Cipinang
"Artinya apa? Ada middleman yang mempermainkan, inilah terkadang kita sebut mafia," ujarnya di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (3/6).
Ketua Satgas Pangan, Brigjen Helfi Assegaf menyampaikan bahwa pihaknya segera bergerak untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mengetahui ke mana saja keluarnya beras sebanyak 11.410 ton tersebut.
"Kita lakukan pendalaman, mengecek secara fisik 11.410 ton itu siapa yang ngambil? Kita cek gudangnya," kata Helfi saat ditemui di lokasi yang sama.
Helfi pun tak memungkiri adanya kejanggalan, pasalnya untuk mengeluarkan 6.000 ton beras saja memakan antrean yang cukup panjang, apalagi 11.410 ton.
"Mereka ditanya oleh penyidik kita, tidak bisa menyampaikan. Barang itu ke arah mana perginya, keluarnya dari mana, belum bisa disampaikan kepada kita. Kita akan lebih mendalami lagi data tersebut Kalau ternyata tidak sesuai artinya dia memanipulasi data," terangnya.
Lebih lanjut, Helfi menambahkan, berdasarkan Pasal 108 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan sanksi pidana yang dikenakan penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 10 miliar.
Selanjutnya: Rupiah Spot Menguat 0,12% ke Rp 16.276 per Dolar AS pada Kamis (5/6) Pagi
Menarik Dibaca: Telkom Solution Gandeng Thales, Perkuat Keamanan Data Pelanggan B2B
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News