Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sindrom Pernapasan Timur Tengah atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS) kini telah menyebar luas ke berbagai belahan dunia. Penyakit yang disebabkan oleh virus korona ini sudah menyebabkan 100 kematian di berbagai negara.
Meski kasus MERS belum ditemukan di Indonesia, kita tetap perlu waspada terhadap penyakit ini. Selain jumlah tenaga kerja Indonesia yang banyak di negara Timur Tengah, tak sedikit pula warga Indonesia yang bepergian ke Arab Saudi untuk ibadah umrah.
Mengingat potensi penularan virus ini cukup besar, tak ada salahnya kita membekali diri dengan informasi terkait penyakit MERS.
- Gampang menular
Arab Saudi adalah sumber penularan pertama, dengan jumlah kasus mencapai 378 dan 107 kematian. Tetapi sedikitnya ada 14 negara yang juga melaporkan kasus penyakit ini, antara lain Mesir, Jordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Tunisia, Malaysia, Oman, Perancis, Yunani, Italia, Inggris, Filipina, dan kini Amerika Serikat.
Virus korona penyebab penyakit ini menular antar manusia melalui kontak dekat. Tetapi virus ini juga diektahui menyebar antar hewan.
- Mematikan
Menurut WHO, sekitar sepertiga orang yang terinfeksi virus MERS meninggal dunia. Kebanyakan kasus yang fatal terjadi pada orang lanjut usia dan orang yang sudah memiliki gangguan medis.
- Mirip flu
Gejala infeksi MERS antara lain demam dan batuk, sangat mirip dengan flu. MERS juga bisa menyebabkan diare dan sesak napas, dan bisa menyebabkan komplikasi berupa radang paru dan gagal ginjal.
- Berasal dari unta dan kelelawar
Meski sumber pertama MERS masih belum diketahui, tetap para ilmuwan menduga kuat penyakit ini berasal dari unta. Penelitian mengonfirmasi unta dan kelalawar di Arab Saudi positif memiliki virus ini.
- Belum ada obatnya
Tidak ada terapi pengobatan penyakit MERS. Orang yang terinfeksi akan diberikan terapi pendukung sesuai gejala-gejala yang dialami. Vaksinnya juga belum ditemukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News