Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, penerbitan surat berharga negara (SBN) berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) atau global bond sebesar US$ 3,5 miliar merupakan langkah yang tepat.
Pertama, penerbitan global bond dilakukan sebelum bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunganya. Sebab lanjut Lana, setelah keputusan The Fed menaikkan suku bunganya nanti, bunga obligasi akan lebih tinggi. "Walaupun investor membutuhkan yield tinggi," kata Lana saat dihubungi KONTAN, Senin (5/12).
Kedua, minat investor terhadap mata uang AS saat ini lebih tinggi. Lana bilang, pemerintahan Donald Trump nantinya berpotensi menaikkan defisit anggaran sehingga ada potensi tarik-menarik likuditas antara AS dengan negara-negara emerging market.
"Oleh karena itu, kalau nanti misalnya ada oversubscribe bisa sampai US$ 6 miliar, kenapa tidak diserap semua? Daripada setelah Trump dilantik dan The Fed naikkan suku bunga, biaya penerbitan lebih tinggi lagi," tambahnya.
Ketiga, penerbitan global bond tersebut bisa menjadi penyeimbang arus modal asing yang masih keluar (capital outflow) sehingga bisa membantu penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Menurut Lana, hingga saat ini capital outflow tercatat US$ 2,3 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News