Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kemungkinan akan ada vaksin lagi yang akan tiba di Indonesia dalam waktu dekat.
Nadia menyebut, vaksin yang kemungkinan akan tiba lagi adalah 10 juta vaksin Sinovac dan 3 juta vaksin AstaZeneca. “(Kemungkinan) April dan Mei,” kata Nadia saat dikonfirmasi, Minggu (21/3).
Seperti diketahui, pada 2 maret 2021 pemerintah telah menerima 10 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac. Kemudian, sebanyak 1,1 juta vaksin AstaZeneca tiba di Indonesia pada 8 Maret 2021.
Baca Juga: Data Corona Indonesia, Minggu (21/3): Tambah 4.396 kasus baru, total 1.460.184 kasus
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkirakan tambahan kasus positif virus corona (Covid-19) pada tahun 2021 mencapai sekitar 1,7 juta orang.
Angka tersebut dijadikan acuan dalam menentukan anggaran penanganan Covid-19. Total anggaran tambahan untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 134,46 triliun.
"Dengan total kasus sekitar 1,7 juta ini maka kami melakukan penghitungan estimasi anggaran," ujar Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat rapat dengan Komisi IX DPR RI.
Dari tambahan anggaran tersebut dialokasikan menjadi 2 sektor yakni pencegahan dan perawatan. Anggaran pencegahan terbagi menjadi dua yaitu anggaran diagnostik dan vaksinasi.
Anggaran diagnostik ditujukan untuk proses pelacakan dan tes. Pada anggaran diagnostik ditulis tambahan anggaran sebesar Rp 13,76 triliun.
Dari anggaran tersebut sebanyak Rp 1,2 triliun digunakan untuk tracing sementara Rp 12,56 triliun digunakan untuk testing. Dante menerangkan penghitungan tersebut berdasarkan kemungkinan kontak erat yang terpapar Covid-19 dari 1,7 juta kasus positif.
Baca Juga: Ini alasan wacana sertifikat vaksin sebagai syarat perjalanan belum bisa diberlakukan
"Ini penting sekali karena pergerakan dari hulu ini menjadi salah satu primadona yang harus kita kerjakan supaya angkanya tidak naik," terang Dante.
Pada anggaran testing disebutkan Dante akan memeriksa 15 orang kontak erat dari satu kasus positif. Sehingga total testing akan mencapai 25 juta testing.
Selain diagnostik, anggaran pencegahan juga digunakan untuk anggaran vaksinasi. Total anggaran vaksinasi Covid-19 sebesar Rp 58,18 triliun dengan rincian Rp 50,24 triliun untuk pengadaan, Rp 4,18 triliun untuk pelaksanaan, Rp 3,15 triliun untuk distribusi, dan Rp 0,61 triliun untuk sistem informasi.
Sementara untuk sektor perawatan dialokasikan sebesar Rp 61,85 triliun. Anggaran tersebut dibagi untuk klaim pasien Rp 32,33 triliun, insentif tenaga kesehatan Rp 16,83 triliun, sarana dan prasarana Rp 6,4 triliun, isolasi Rp 5,52 triliun, serta obat sebesar Rp 0,77 triliun.
"Angka perawatan ini berdasarkan atas estimasi bahwa kasus yang ada itu 20% itu akan dirawat," terang Dante.
Pemerintah juga melakukan tambahan anggaran untuk penelitian sebesar Rp 0,67 triliun. Anggaran tersebut digunakan untuk pengembangan vaksin merah putih Rp 0,46 triliun dan uji klinis obat Rp 0,21 triliun.
Selain itu, Pemerintah tetap mempertahankan insentif bagi tenaga kesehatan (nakes) untuk tahun ini. Wakil Menteri Kesehatan Dante Santoso menjanjikan, anggaran terkait insentif nakes dipastikan tak mengalami perubahan. "Kami sudah mengakomodasi keinginan anggota dewan untuk tidak jadi memotong insentif bagi tenaga kesehatan," kata dia.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 dilarang diberikan ke usia 18-59 tahun jika ada 3 faktor ini
Alokasi anggaran untuk insentif tenaga kesehatan mencapai Rp 16,63 triliun. Angka tersebut, berdasarkan pada perhitungan yang telah dilakukan tahun 2020 lalu.
Pemerintah juga memastikan alokasi anggaran untuk Alat Pelindung Diri (APD) bagi nakes. Anggaran untuk APD masuk dalam anggaran sarana dan prasarana sebesar Rp 6,4 triliun.
Lebih lanjut Dante menjelaskan, perkiraan kasus positif Covid-19 di Indonesia yang dapat mencapai 1,7 juta kasus hingga akhir 2021 dihitung berdasarkan sejumlah kriteria dan estimasi.
Pertama, perhitungan berdasarkan rata – rata kasus periode Juni sampai Oktober 2020 yakni sebanyak 2.557 kasus. Kedua, perhitungan berdasarkan rata – rata kasus periode November sampai 24 Januari 2021 dengan rata – rata sekitar 6.800 kasus.
Kemudian, rata – rata kasus dari dua dasar perhitungan itu dijumlah dan dibagi dua. Hasilnya, didapat rata – rata sekitar 4.600 kasus. Dengan demikian 4.600 dikali 366 hari menghasilkan jumlah sekitar 1,7 juta kasus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News