kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengangguran lebih banyak di perkotaan


Selasa, 08 Mei 2018 / 06:14 WIB
Pengangguran lebih banyak di perkotaan
ILUSTRASI. Job Fair di Senayan


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usaha pemerintah menurunkan angka pengangguran mulai membuahkan hasil. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat pengangguran terbuka (TPT) Februari 2018 hanya 5,13%, turun dari bulan Februari 2017 yang sebesar 5,33%. 

Dari angka itu, sebanyak 6,87 juta penduduk masih menganggur. Jumlah itu turun dari sebelumnya 7,01 juta orang. Sedangkan jumlah angkatan kerja naik menjadi 133,94 juta orang, dari sebelumnya 131,55 juta orang.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan angka pengangguran menjadi kabar menggembirakan. Namun masih ada catatan, yaitu, "Tingkat pengangguran di kota jauh lebih tinggi dari tingkat pengangguran di desa," katanya, Senin (7/5).

Berdasarkan data BPS, pengangguran di perkotaan pada Februari 2018 mencapai 6,34%, sementara pengangguran di desa hanya 3,72%. Keduanya turun dari kondisi Februari 2017 yang masing-masing sebesar 6,5% dan 4%.

Selain catatan itu, pemerintah juga punya pekerjaan rumah yang besar terkait tingkat pendidikan tenaga kerja. Sebab, tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi menurut pendidikannya, berasal dari penduduk dengan jenjang pendidikan terakhir Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sebesar 8,92%.

Pengangguran dari lulusan diploma I-III dan universitas juga terus meningkat. Pada Februari 2017, pengguran terbuka dari diploma I-III sebesar 6,35%, naik menjadi 6,88% di Agustus 2017 dan kembali naik menjadi 7,92% di Februari 2018.

Sedangkan pengganguran dari lulusan universitas di Februari 2017 sebesar 4,98%. Angka itu naik menjadi 5,18% di Agustus 2017 dan kembali naik menjadi 6,31% di Februari 2018. "Ini jadi PR bagaimana pemerintah menciptakan kurikulum yang mampu menjawab kebutuhan dari dunia kerja," tambah Suhariyanto.

Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, pasar tenaga kerja Indonesia menderita kesenjangan keterampilan. Keahlian yang dihasilkan perguran tinggi dan kebutuhan industri belum sesuai. "Diperlukan perombakan kurikulum dengan memperbanyak praktik, meningkatkan skill digital, dan pengembangan model permagangan," katanya. Program magang diperlukan agar lulusan siap terjun ke dunia kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×