kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jurus Mendag mengantisipasi kenaikan harga pangan jelang Ramadan


Kamis, 05 April 2018 / 22:33 WIB
Jurus Mendag mengantisipasi kenaikan harga pangan jelang Ramadan
ILUSTRASI. Arahan Mendag Terkait Impor Daging


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang bulan Ramadan dan Lebaran Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pihaknya telah melakukan antisipasi kenaikan harga pada bahan pokok.

Terutama beras yang dinilainya sangat sensitif. Menurutnya, dari sisi harga saat ini harga beras sudah mulai turun seiring dengan ketersediaan pasokan.

Namun begitu, untuk mengantisipasi lonjakan pihaknya di pertengahan bulan ini seluruh pedagang beras di pasar wajib menjual beras medium dengan harga eceran tertinggi (HET).

"Apabila di daerah tersebut tidak memiliki stok beras medium maka kami akan menyediakan yaitu melalui Bulog dengan harga patokan yaitu HET," ucap Enggar usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Kamis (5/4).

Sehingga, dengan begitu tidak ada alasan bagi para penjual beras untuk tidak ada stok dan harga tidak sampai HET. Anggar juga mengaku, hal tersebut telah disosialiasasikan baik dalam rapat koordinator di tingkat provinsi per provinsi.

Tak hanya itu demi berjalan mulus, nantinya seluruh eselon I akan jadi semacam Korwil yang bertanggungjawab atas beberapa provinsi.

Hal yang sama juga diberlakukan pada eselon II yang turut bertanggungjawab terhadap beberapa kabupaten kota.

Kemudian, untuk minyak goreng, Enggar bilang sudah tidak ada masalah lantaran, ia sudah meminta dan mewajibkan seluruh produsen minyak goreng. Di mana, sebanyak 20% dari total produksinya harus dijual dalam kemasan sederhana Rp 11.000/liter.

"Atau kita mengimbau juga mereka kemasan 1/2 liter tapi harga Rp 6.000 karena biaya pengemasan sepersetengah liter dan minyak goreng curah Rp 0.500, dari sisi suplai tidak ada gangguan kita sudah memintakan untuk mereka dari jauh-jauh hari sudah mendistribusikan," jelas dia.

Kemudian soal gula juga dinilai tidak ada masalah. Pun harga telur dan daging ayam juga diklaimnya tidak ada masalah. Justru Enggar khawatir harga telur dan daging ayam akan terjun bebas terlalu jauh karena suplai yang berlebih.

Sementara untuk daging beku dengan harga Rp 80.000 baik untuk daging impor dari India, maupun daging beku paha depan dari impor dari berbagai sumber Australia, Selandia Baru.

"Kami juga sudah undang seluruh importir daging, saya hanya akan mengeluarkan izin impor daging paha depan dan sebagainya dan yang bersedia jual Rp 80.000. Kalau tidak kami tidak keluarkan izin impor, kalau tidak ada yang mau kami impor sendiri melalui BUMN," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×