kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.492   42,00   0,27%
  • IDX 7.736   0,93   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,35   -0,03%
  • LQ45 958   -0,50   -0,05%
  • ISSI 233   0,21   0,09%
  • IDX30 492   -0,18   -0,04%
  • IDXHIDIV20 591   0,64   0,11%
  • IDX80 137   0,04   0,03%
  • IDXV30 143   0,27   0,19%
  • IDXQ30 164   0,00   0,00%

Investasi bakal jadi pendorong utama ekonomi 2019


Selasa, 05 Juni 2018 / 08:33 WIB
Investasi bakal jadi pendorong utama ekonomi 2019
ILUSTRASI. Proyek LRT Jabodebek


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2019 di kisaran 5,4%-5,8%. Di tengah pelambatan ekspor, investasi diperkirakan akan menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi tahun depan. Butuh investasi minimal Rp 5.397 triliun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, pada tahun depan konsumsi rumah tangga mampu tumbuh di kisaran 5,1%–5,2%. Sedangkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan tumbuh 7,5%–8,3%. "Kebutuhan pembiayaan investasi (PMTB) bila ekonomi tumbuh 5,4% maka butuh investasi sebesar Rp 5.397 triliun," jelas Sri Mulyani dalam rapat kerja di DPR, Senin (4/6).

Investasi akan berasal dari belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dikeluarkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp 613 triliun. Lalu, ada belanja modal pemerintah Rp 242 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp 594 triliun. "Dari korporasi, swasta, dan rumah tangga Rp 3.948 triliun," lanjut Sri Mulyani.

Kebutuhan dana investasi akan semakin besar jika ingin ekonomi tumbuh 5,8%. Kebutuhan PMTB sebesar Rp 5.441 triliun. Angka ini terdiri dari capex BUMN sebesar Rp 635 triliun, belanja pemerintah Rp 275 triliun, dan dari korporasi, swasta, dan rumah tangga sebesar Rp 3.998 triliun.

Realisasi investasi yang besar diperlukan untuk mendongkrak perekonomian tahun depan yang banyak menghadapi tantangan. Misalnya, dari risiko proteksionisme perdagangan Amerika Serikat (AS), ekonomi China yang rebalancing sehingga ekonominya akan memberat.

Dari pasar keuangan, ada risiko kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed). Selain itu, ada pula risiko politik Laut Cina Selatan, Timur Tengah, dan Venezuela. "Ini beberapa faktor yang pengaruhi ekonomi Indonesia di 2018 dan kami perkirakan masih berlangsung sampai 2019. Karena risiko-risiko tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun depan cenderung di batas bawah ," jelas Sri Mulyani.

Di sektor perdagangan, proteksionisme dagang akan membuat pertumbuhan ekspor tahun depan diperkirakan hanya di kisaran 6%–7,2%. Sementara impor diperkirakan tumbuh 6,3% sampai 7,6%.

Angka pertumbuhan itu anjlok dibandingkan pertumbuhan ekspor Indonesia tahun 2017 yang naik 16,22% dibanding tahun 2016. Sementara nilai impor tahun 2017 naik 15,6% dibanding tahun 2016.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 mendatang sebesar 5,2%–5,6%. Namun menurut BI, tak hanya investasi, ekspor juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi tahun depan.

Tekanan global masih akan berlangsung pada tahun depan, sehingga ekonomi susah melaju lebih pesat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×