kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini tiga isu utama yang dibahas di APEC Beijing


Sabtu, 08 November 2014 / 23:57 WIB
Ini tiga isu utama yang dibahas di APEC Beijing
ILUSTRASI. 4 Essential Oil yang Bagus untuk Kehidupan Seks.


Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Rangkaian Sidang Pertemuan Tingkat Kepala Negara (APEC Economic Leaders Week/AELW) yang direncanakan akan dihadiri Presiden RI Joko Widodo, diawali Pertemuan Tingkat Pejabat  Senior (Concluding Senior Oficial Meeting/CSOM) pada 5-6 November 2014.

Kegiatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan Pertemuan Tingkat Menteri (APEC Ministerial Meeting/AMM) pada 7-8 November 2014, dan diakhiri AELW pada 10-11 November 2014. 

Dalam AMM akan dihasilkan Joint Ministerial Statement yang mencakup kesimpulan serta arahan ke depan sesuai tema APEC 2014 yaitu Shaping the Future Through Asia-Pacific Partnership.

Terdapat tiga isu prioritas APEC 2014 yakni Advancing Regional Economic Integration (REI); Promoting Innovative Development, Economic Reform and Growth; dan Strengthening Comprehensive Connectivity and Infrastructure Development.

Dua isu penting terkait penguatan konektivitas yang dibahas di pertemuan adalah rantai nilai global/global value chain (GVC) dan mata rantai pasok/supply chain connectivity. 

Pada tahun 2009 dan 2010, para Pemimpin dan Menteri Ekonomi APEC sepakat meningkatkan kinerja mata rantai pasok pada tahun 2015 sebesar 10% dalam hal penurunan waktu, biaya dan ketidakpastian. Isu konektivitas dipandang semakin penting karena secara dramatis telah mengubah cara berbisnis, berdagang, dan berinvestasi.

Bila ditinjau dari keadaan para Ekonomi APEC yang semakin meningkat, pemerintah berkeyakinan bahwa Indonesia dan Ekonomi APEC lainnya dapat memanfaatkan forum APEC ini untuk melakukan penguatan konektivitas sehingga harga suatu produk yang dirakit di kawasan APEC dapat lebih murah dengan kualitas standar internasional. 

"Kami yakin apabila Pemerintah mengatur regulasi yang tepat dan diberikan pelatihan yang memadai, maka sektor UKM di Indonesia dapat berpartisipasi aktif dalam memanfaatkanpenguatan konektivitas ini, antara lain melalui pengembangan desain dan produk,” jelas Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, dalam siaran persnya, Sabtu (8/11).

Rachmat mencontohkan, salah satu hal yang menyebabkan produk-produk dari Tiongkok dapat menguasai dunia yaitu dengan adanya efisiensi yang ditunjang oleh mass production. 

“Apabila sektor UKM di Indonesia dapat bekerja sama melalui pemanfaatan global value chain dan supply chain connectivity, maka efisiensi akan meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan keuntungan bersama. Kerja sama yang erat dapat lebih memperluas pangsa pasar khususnya di kawasan Ekonomi anggota APEC,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×