kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.000,58   6,98   0.70%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi inti naik, tanda daya beli pulih?


Senin, 02 Oktober 2017 / 21:23 WIB
Inflasi inti naik, tanda daya beli pulih?


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi inti September 2017 sebesar 0,35%. Angka itu naik dibanding bulan inflasi inti bulanan sejak Maret-Agustus 2017 yang berada di kisaran 0,1%-0,28%.

Dengan perkembangan itu, inflasi inti tahun kalender Januari-September 2017 mengalami inflasi 2,51%. Sementara inflasi inti tahunan September tercatat sebesar 3% year on year (YoY), juga naik dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 2,98% YoY.

Lantas, apakah kenaikan inflasi inti itu menjadi tanda-tanda daya beli masyarakat mulai naik?

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan inflasi inti itu utamanya didorong oleh kenaikan uang kuliah akademik perguruan tinggi yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,04%. Tak hanya itu, kenaikan uang sekolah SD, SMP, dan SMA juga memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,01%.

"Habis ini dampak biaya sekolah tidak ada dampaknya lagi karena kemarin muncul di Agustus dan September," kata Suhariyanto, Senin (2/10).

Ia juga menyebut, kenaikan inflasi inti disebabkan oleh adanya kenaikan tarif rekreasi dan adanya kenaikan harga emas. Harga sewa rumah juga meningkat.

Namun, Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi mengatakan, masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan bahwa daya beli masyarakat telah pulih. Menurutnya, untuk melihat adanya indikasi perbaikan daya beli masyarakat perlu melihat data inflasi inti pada bulan-bulan sebelumnya.

"Biasanya core seasonally adjusted (setelah mengeluarkan data musiman) ada di kisaran 0,3%. Kalau kita lihat tahun 2017 year to date Januari-September 2017, angkanya antara 0,2%-0,3%," kata Eric.

Sementara di September lalu kenaikan inflasi inti terjadi saat tidak ada kenaikan dari sisi harga yang diatur pemerintah (administered prices). Sehingga ada kemungkinan permintaan naik.

Namun di sisi lain, "survei penjualan ritel oleh Bank Indonesia (BI) dalam beberapa bulan terakhir juga belum menunjukkan tren kenaikan pertumbuhan yang kuat," kata Eric.

Eric memperkirakan, inflasi inti ke depan akan terus meningkat. Namun hal itu dipengaruhi oleh faktor musiman, yaitu musim Natal dan tahun baru. Ia memperkirakan inflasi inti akhir tahun akan berada di level 3,2% YoY. Sementara inflasi umum di akhir tahun ini diperkirakan akan ada di level 3,8% YoY. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×