kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,44   -19,08   -2.04%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IDI berharap vaksinasi Covid-19 berjalan optimal


Jumat, 26 Maret 2021 / 21:12 WIB
IDI berharap vaksinasi Covid-19 berjalan optimal
ILUSTRASI. Vaksinator mempersiapkan vaksin COVID-19. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/hp.


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan bahwa semua masyarakat yang memenuhi syarat bisa segera divaksin agar pencapaian herd immunity bisa dipercepat. Bahkan, seperti yang dicanangkan, Pemerintah Indonesia memasang target total vaksinasi Covid-19 sebanyak 181.554.565.

Untuk mengoptimalisasi vaksinasi, Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran tertanggal 15 maret 2021, yang salah satu isinya menambahkan alternatif memperpanjang waktu antara pemberian dosis pertama dengan dosis kedua vaksin COVID-19 Sinovac menjadi 28 hari. Lalu vaksinasi lansia dilakukan berbarengan dengan vaksinasi untuk orang dewasa.
 
Menanggapi hal itu, Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mohammad Adib Khumaidi menyetujui langkah yang diambil pemerintah itu. Menurutnya, pada penyuntikan dosis pertama belum terjadi pembentukan antibodi, melainkan baru pengenalan terhadap protein virus SARS-CoV2, penyebab COVID-19. Itu terjadi antara suntikan pertama hingga hari ke-18.

“Semua pembentukan antibodi baru terjadi setelah suntikan kedua,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Kontan, Jumat (26/3).
 
Untuk itu, Adib berharap Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan bisa langsung menyesuaikan surat edaran tersebut. Rentang itu bisa dimanfaatkan untuk menjangkau lebih luas warga yang mendapat suntikan pertama vaksin COVID-19 menjadi lebih banyak.

Dengan demikian vaksinasi bisa diekskalasi dan dipercepat. “Juga sosialisasi dan koordinasi lintas sektor dan keterlibatan masyarakat di tingkat RT, RW sampai Kelurahan. Sementara IDI ikut terlibat dalam penyediaan tenaga kesehatan,” ungkap Adib.
 
Disamping itu, yang juga tidak kalah pentingnya Adib bilang ketersediaan vaksin dan distribusi perlu diperhatikan. “Oleh karena itu upaya percepatan cakupan imunisasi untuk mencapai 70% populasi dalam herd immunity harus diupayakan maksimal. 

Baca Juga: Luhut Panjaitan berharap Bali bisa terima 1,5 juta vaksin AstraZeneca

Kebutuhan dosis vaksin dalam jumlah banyak perlu diupayakan oleh pemerintah. Tentu dengan tetap mengedepankan efikasi, safety dan imunogenitas,” jelas Adib yang kini menjadi salah satu anggota Tim Advokasi Vaksinasi COVID-19, PB IDI.
 
Adib yakin bahwa PT Bio Farma sanggup memenuhi kebutuhan vaksin dari masyarakat dan mendistribusikannya. Bio Farma sudah mempunyai pengalaman dalam pembuatan vaksin khusus, termasuk vaksin dengan platform inactivated virus. “Dukungan produksi vaksin dari pemerintah perlu diberikan kepada Bio Farma,” tuturnya.  
 
Perlu diketahui, Menurut laman covid19.go.id tanggal 24 Maret 2021, dari target 181,5 juta warga yang bakal divaksin, sudah sebanyak 5.978. 251 orang yang sudah divaksin COVID-19 dosis pertama. Sedangkan yang sudah disuntik dosis kedua baru berjumlah 2.709.545 orang.

Ketua Komisi Nasional KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), Prof Hindra Irawan Satari, mengatakan vaksin COVID-19 merupakan vaksin baru. Banyak tahapan yang mesti dilewati, seperti penelitian dari uji laboratorium, uji praklinis, hingga uji klinis. 

Dari hasil studi, vaksin yang diberikan dalam dua dosis ada rentang waktu 14 hari. “Kemudian dicoba dengan rentang waktu regular 28 hari, ternyata lebih baik. Maka direkomendasikan jadi 28 hari rentangnya,” ujar Hinki, nama panggilan akrab Hindra Irawan.
 
Sedangkan soal sedikitnya jumlah orang yang divaksinasi, menurut Hinki, bukan semata-mata kesalahan pemerintah. Hinki menyebut masih banyak orang yang tidak mau divaksin, termasuk tenaga kesehatan. Bagaimana jika dilakukan upaya pemaksaan? “Kalau dipaksa, malah banyak yang menolak. Situasinya memang begini. Berbeda dengan di Vietnam, Malaysia, dan Singapura,” ucap Hinki. 

Selain itu, Hinki pun melihat soal pendataan untuk vaksinasi, seperti Nomor Induk Kependudukan, masih kedodoran dan tidak sinkron. Padahal jaringan IT sudah memadai.

Oleh karena itu, Hinki menghimbau masyarakat untuk mau diimunisasi. Ia bahkan menambahkan vaksinasi tidak akan membuat sakit. “Vaksin tidak akan membuat orang jadi lemas atau sakit, sebab jumlah dosisnya juga cuma 0,5 ml,” jelasnya.

Selanjutnya: Menkes Budi Gunadi sebut vaksinasi Covid-19 di Indonesia tembus 10 juta orang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×