kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Global Tak Pasti, Target Investasi Rp 1.906 Triliun di 2025 Dinilai Tidak Realistis


Jumat, 19 April 2024 / 13:31 WIB
Global Tak Pasti, Target Investasi Rp 1.906 Triliun di 2025 Dinilai Tidak Realistis
ILUSTRASI. Pemerintah menargetkan investasi jumbo tahun depan. Namun, target investasi tersebut dinilai tidak realistis.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah menargetkan investasi jumbo tahun depan. Namun, target investasi tersebut dinilai tidak realistis. Hal ini mengingat sulitnya mencapai target tersebut lantaran kondisi perekonomian global yang sedang memanas.

Kementerian PPN/Bappenas menyebut dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada 2025 mendatang investasi rencananya ditargetkan sebesar Rp 1.858,2 triliun hingga Rp 1.906 triliun. Target ini meningkat dari target investasi pada 2024 yang mencapai Rp 1.650 triliun.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai, target realisasi investasi tersebut kurang realistis karena kondisi perekonomian saat ini dan ke depannya tidak menentu atau dapat berubah-ubah.

Saat ini bahkan, terjadi konflik memanas di Timur Tengah, yang mana Iran melakukan serangan terhadap Israel, yang menyebabkan perekonomian dunia semakin melemah, dan bisa  berdampak ke Indonesia.

“Perusahaan dari Timur Tengah, bahkan dari Eropa bisa saja menunda untuk melakukan realisasi investasi dan fokus terhadap perkembangan di negaranya masing-masing akibat ketidakpastian ini,” tutur Bhima kepada Kontan, Jumat (19/4).

Baca Juga: Nilai Investasi di Sektor Hilirisasi Tembus Rp 375,4 Triliun di Tahun 2023

Pun untuk investasi yang berbasis komoditas juga tidak semua mengalami kenaikan harga. Misalnya saja saat harga minyak mentah kembali naik, namun tidak terjadi pada komoditas lainnya seperti batu bara yang justru harganya anjlok secara tahunan.

Di samping itu, Bhima juga melihat harga nikel sebagai komoditas andalan Indonesia masih rendah. Alhasil  jika dilihat dari sisi potensi investasi untuk industri prioritas ekspor tantangannya juga akan semakin kompleks.

“Belum lagi kita lihat permintaan dari China sebagai daerah asal investasi yg besar sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Itu berpengaruh juga ke aliran investasi Indonesia,” tambahnya.

Maka dari itu, Bhima menyebut tahun ini bahkan tahun depan, pemerintah harus lebih mendorong investasi yang berasal dari dalam negeri atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Pemerintah bisa mendorong perusahaan yang saat ini eksisting, dan juga mendorong proyek strategis nasional (PSN) yang diharapkan bisa meningkatkan realisasi investasi dalam waktu dekat dan kedepannya.

“Tapi target investasi di 2024 juga angkanya berat, tahun makin depan berat. Diperkirakan masih cukup menantang untuk mencapai target yang ambisius,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×