Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2015 sebesar 4,79%. Jika dilihat lebih dalam, pertumbuhan itu hanya terjadi untuk beberapa hal saja, seperti investasi dan belanja pemerintah.
Sementara itu di sisi konsumsi malah menurun dibandingkan tahun 2014 lalu. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,96%. Ini merupakan pertumbuhan terendah dalam empat tahun terakhir.
Bahkan, inilah kali pertama pertumbuhan konsumsi masyarakat di bawah 5%. Namun meski demikian, jika dilihat dari perannya dalam pertumbuhan, konsumsi masyarakat masih memberi andil cukup besar yaitu 56,15%.
Deputi bidang neraca dan analisis statistik BPS Suhariyanto mengatakan, melambatnya konsumsi masyarakat sebetulnya tidak perlu terjadi. Jika melihat pendapatan masyarakat dari bawah ke atas meningkat.
Apalagi sepanjang tahun 2015 inflasi tergolong rendah. "Ketika inflasi rendah harusnya daya beli meningkat," kata Suhariyanto, Jumat (5/2) di Jakarta.
Karena biasanya orang mengerem daya beli ketika harga meningkat. Bisa saja, saat ini masyarakat menurunkan konsumsi meskipun harga turun dengan alasan untuk meningkatkan investasi atau saving.
BPS berharap pemerintah meningkatkan kualitas belanja sosialnya dan insentif kepada masyarakat. Supaya daya beli masyarakat bisa terjaga.
Terkait hal itu, Menteri Koordinator bidang perekonomian Darmin Nasution bilang turunnya pertumbuhan konsumsi masyarakat bisa jadi hanya terjadi di beberapa daerah saja. Terutama daerah yang bergantung pada komoditas.
Saat ini harga komoditas memang sedang turun. Maka kemampuan daya beli masyarakat did aerah tersebut juga turun. Masalahnya, pertumbuhan ekonomi 2015 lebih banyak didorong dari daerah Jawa dan Sumatera.
Kedua daerah itu masing-masing menyumbang terhadap pertumbuhan hingga 58,29% dan 22,21%. Padahal sumber perekonomian daerah itu bukanlah berbasiskan sumberdaya alam atau komoditas.
Sementara ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Latif Adam menagtakan, belanja pemerintah pusat jangan harus bisa mendorong pertumbuhan konsumsi. Selama ini, yang berpengaruh terhadap daya beli hanyalah belanja pegawai.
Hanya saja, belanja pegawai ini hanya meningkatkan daya beli pegawai negeri sipil saja yang jumlahnya snagat kecil dibandingkan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News