kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

YLKI: Perluasan Industri Rokok di Era Jokowi Tambah Jumlah Perokok


Jumat, 03 Juni 2022 / 14:49 WIB
YLKI: Perluasan Industri Rokok di Era Jokowi Tambah Jumlah Perokok
ILUSTRASI. YLKI menilai, pemerintahan Jokowi memiliki rapor hitam dalam hal pengendalian konsumsi tembakau dan rokok.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritik pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) yang beberapa kali membuka perluasan industri rokok di Indonesia, baik rokok tembakau maupun rokok elektrik.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menyebut, masyarakat telah dikorbankan untuk kepentingan investasi. Dia mengatakan, pemerintahan Jokowi memiliki rapor hitam dalam hal pengendalian permasalahan konsumsi tembakau.

“Sangat ironis dan tragis, karena hal ini juga pada tahun 2021 ada penambahan jumlah perokok yang luar biasa besar yaitu 8,8 juta orang,” ujarnya dalam jumpa pers secara daring, Jum’at (3/6).

Berdasarkan catatan YLKI, jumlah perokok di Indonesia meningkat signifikan pada 10 tahun terakhir. Dari semula 60,3 juta orang pada tahun 2011 meningkat menjadi 69,1 juta orang pada tahun 2021.

Baca Juga: Marjin Berpotensi Tertekan, Begini Rekomendasi Saham HMSP dari Analis

Dengan jumlah perokok yang bertambah signifikan ini, kata Tulus, telah menjadi lonceng kematian bagi masyarakat Indonesia.

“Meskipun prevalensi merokok sedikit mengalami penurunan dari semula 1,8% menjadi 1,6%, namun jumlah ini terbilang sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan peningkatan pengguna rokok sampai 8,8 juta orang,” tambahnya.

Berdasarkan data BPS Maret 2021, anggaran untuk membeli rokok itu rata-rata mencapai Rp 382.000 per bulan. Konsumsi rokok dan tembakau telah menduduki posisi kedua setelah konsumsi makanan dan minuman jadi.

"Kemudian, (setelah untuk membeli rokok) posisi selanjutnya diikuti konsumsi padi-padian, sayur-sayuran, ikan/udang/cumi/kerang, telur dan susu, daging, buah-buahan, dan sebagainya. Artinya, rumah tangga miskin di Indonesia ini jauh lebih mementingkan konsumsi rokok dibandingkan membeli bahan-bahan makanan yang bergizi," ujar Tulus.

Baca Juga: Tembakau Disebut Punya Potensi Ekonomi yang Besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×