kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspada! BMKG: Pulau Seram memiliki potensi bahaya tsunami non-tektonik cukup besar


Kamis, 09 September 2021 / 15:45 WIB
Waspada! BMKG: Pulau Seram memiliki potensi bahaya tsunami non-tektonik cukup besar
ILUSTRASI. Hasil penelusuran dan verifikasi zona bahaya yang BMKG lakukan di Seram menunjukkan, sepanjang garis pantai pulau itu merupakan laut dalam dengan tebing-tebing curam yang sangat rawan longsor yang bisa memicu tsunami. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan, wilayah Pulau Seram, Maluku Tengah, memiliki potensi bahaya tsunami non-tektonik atau bukan disebabkan gempa yang cukup besar.

Hasil penelusuran dan verifikasi zona bahaya yang BMKG lakukan di Seram menunjukkan, sepanjang garis pantai pulau itu merupakan laut dalam dengan tebing-tebing curam yang sangat rawan longsor.

"Gempa menjadi trigger terjadinya longsor yang kemudian menyebabkan gelombang. Dalam pemodelan, bisa disimpulkan apakah berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak," kata Dwikorita. 

"Bisa saja tidak, tapi ternyata gempa tersebut malah membuat longsor bawah laut yang kemudian memicu tsunami," ungkapnya dalam siaran pers, Kamis (9/9).

"Di Negeri Tehoru (Seram), saya melihat langsung jejak tanah yang longsor ke laut. Di Samsuru, warga setempat bahkan telah melakukan perhitungan kedalaman laut dari batas bibir pantai. Jarak 3 meter dari bibir pantai, kedalaman laut sudah mencapai 23 meter," sebut dia.

Baca Juga: Waspada! Berikut daerah dengan potensi curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem pekan ini

Dwikorita mengatakan, hingga saat ini belum ada negara yang mampu mendeteksi tsunami non-tektonik secara cepat, tepat, dan akurat. Sistem peringatan dini yang negara-negara di dunia bangun adalah sistem peringatan dini tsunami akibat goncangan gempa.

Selama ini, kata dia, yang bisa dilakukan adalah memantau muka air laut dengan buoy atau tide gauge. Namun, cara tersebut kurang efektif karena sifat alat yang baru bisa menginformasikan usai kejadian tsunami. Jadi saat alat tersebut memberikan warning sudah terlambat, tsunami sudah datang.

"Karena dipicu oleh longsoran bawah laut maka estimasi waktu kedatangan tsunami bisa sangat cepat. Hanya dalam hitungan kurang dari 3 menit, seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah," imbuhnya.

Oleh karena itu, Dwikorita meminta masyarakat yang berada di sepanjang garis pantai Pulau Seram untuk segera melakukan evakuasi mandiri, bila merasakan getaran atau guncangan tanah atawa gempa, tanpa harus menunggu peringatan dini BMKG.

"Belajar dari pengalaman, tidak usah menunggu peringatan dini tsunami. Segera lari begitu merasakan getaran tanah atau gempa. Jauhi pantai dan segera lari ke bukit-bukit atau tempat yang lebih tinggi," pinta Dwikorita.

Selanjutnya: BMKG mencatat gempa terkini magnitudo 5,3 di Nabire, Papua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×