Reporter: Yudho Winarto | Editor: Edy Can
JAKARTA. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mempersingkat kunjungannya di Indonesia. Keputusan ini diambil menyusul adanya penculikan terhadap warga negara Jepang di Aljazair.
Abe seharusnya bertolak ke Jepang, Sabtu (19/1) besok. Namun, seusai melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Abe langsung pulang angkat kaki. "Jamuan makan malam ditiadakan karena memang PM Abe langsung kembali ke Jepang. Beliau merasa lebih nyaman untuk menangani krisis ini dari Tokyo," katanya, Jumat (18/1).
Abe terlihat sangat serius menanggapi kasus penyanderaan warga negaranya. Dalam jumpa pers seusai pertemuan bilateral dengan SBY, Abe secara tegas menyebutkan perbuatan terorisme yang memakan korban merupakan tindakan kejam. "Aksi terorisme dan memakan korban merupakan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi dan harus dikecam," katanya.
Ia mengatakan Presiden Yudhoyono sepakat bahwa aksi terorisme merupakan suatu hal yang tidak boleh terjadi. "Kami sepakat untuk melanjutkan segala upaya mencegah dan melawan aksi terorisme," katanya.
Abe menjelaskan keselamatan para sandera merupakan prioritas utama dan akan dilakukan sejumlah upaya untuk mengakhiri krisis tersebut. "Keselamatan manusia harus menjadi prioritas utama. Saya telah menghubungi PM Inggris James Cameron dan PM Aljazair dan memintanya untuk memprioritaskan hal itu," katanya.
Sebelumnya diberitakan gerilyawan menculik lima warga Jepang dan seorang Prancis dari fasilitas minyak di Aljazair selatan pada Rabu(16/1). Warga asing itu diculik di In Amenas. Pasukan Aljazair melakukan operasi untuk menyelamatkan para sandera itu.
Penculikan terjadi ketika sekitar 20-25 anggota teroris bersenjata menyerang area kilang gas dan terjadi kontak senjata dengan aparat keamanan. Dua orang berkebangsaan Inggris dan Aljazair terbunuh dalam kontak senjata dan tujuh orang lainnya terluka.
Kelompok bersenjata ini kemudian menyandera 41 orang pekerja berkewarganegaraan asing dan sekitar 200 pekerja Aljazair. Sebanyak 105 orang berhasil bebas termasuk AA seorang pekerja berkewarganegaraan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News