Reporter: Yudho Winarto | Editor: Test Test
JAKARTA. Wakil Presiden Boediono mengatakan produktivitas pertanian Indonesia sejauh ini belum menggembirakan. Tren penurunan produktivitas pertanian masih berlangsung dan belum pulih sejak tahun 2001.
"Saya bisa membayangkan, kalaupun tidak menurun itu stagnasi. Tapi ada kalanya sektor itu bukan tren," kata Boediono saat membuka Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Nasional 2012, Rabu (11/1).
Padahal menurut Boediono secara historis sektor pertanian mempunyai posisi strategis dalam pembangunan, khususnya pada masa orde baru. Meski demikian pada akhirnya peran sektor pertanian bergerak menurun.
Sebut saja, sekitar tahun 1970 sampai 1990-an, sektor pertanian mengalami kenaikan 2,4% setiap tahunnya. "Masalahnya, setelah awal atau menjelang pertengahan tahu 90-an, tren ini berbalik. Produktivitas menurun, sebesar 0,6 % per tahun sampai 2001," katanya.
Boediono berharap dalam kurun waktu ke depan, produktivitas pertanian dapat terus ditingkatkan. Terlebih jika dilihat dari alokasi anggaran untuk sektor pertanian terus juga mengalami kenaikan.
Pada tahun 2009, alokasi anggaran pertanian mencapai Rp 8,2 triliun dan tahun 2011 naik mencapai Rp 17,8 triliun. "Itu belum termasuk subsidi pupuk yang jumlahnya Rp 16 triliun dan bunga Rp 500 miliar. Jadi dari segi anggaran harusnya tidak ada keluhan untuk membalikkan tren," katanya.
Boediono berharap dalam rapat kerja pembangunan nasional pertanian kali ini tidak hanya fokus pada implementasi program tahun ke tahun. Melainkan prespektif pembangunan jangka panjang di sektor pertanian. "Ini bukan kritik tetapi saya ingin apa yang saya sampaikan menjadi refleksi kita semua," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News