Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai ketidakpastian global masih menjadi tantangan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dunia termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi berbagai negara yang diperkirakan melambat pun mengakibatkan perdagangan dunia tak begitu kuat.
Akibat melemahnya volume perdagangan, Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan, defisit neraca perdagangan tahun ini masih berpotensi melebar dibandingkan tahun lalu yang tercatat defisit sebesar US$ 8,57 miliar.
"Walaupun kuartal I hanya defisit US$ 190 juta, tetapi potensi defisit saat ini bisa lebih besar bila kita melihat volume perdagangan dunia," ujar Susiwijono, Rabu (24/4).
Untuk itu, dia melanjutkan, pemerintah pun akan menjalankan berbagai kebijakan untuk mencegah membengkaknya defisit neraca dagang. Menurut Susi, berbagai strategi yang akan dijalankan pemerintah berkaitan dengan peningkatan ekspor serta mengendalikan impor.
Dalam rangka mengendalikan impor, pemerintah akan menyiapkan industri-industri substitusi impor, khususnya bahan baku dan penolong.
"Impor kita didominasi oleh impor bahan baku dan penolong dan yang kedua barang modal. Impor barang modal dan bahan baku penolong saja kontribusi impornya 92%-93%, karena itu begitu penting menyiapkan kebijakan untuk mendorong industri substitusi impor," terang Susiwijono
Peningkatan ekspor pun menjadi salah satu strategi pemerintah untuk memperbaiki neraca dagang. Susiwijono mengatakan, ekspor Indonesia masih memiliki potensi yang tinggi, tetapi kondisi global yang lemah membuat ekspor Indonesia terpaksa mengalami penurunan.
Meski kondisi ekonomi global masih diperkirakan melemah, tetapi Susiwijono mengatakan pihaknya masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa mencapai 5,3% tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News