kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Vaksin yang dibeli pemerintah belum tentu aman, ini penjelasan epidemiolog


Rabu, 14 Oktober 2020 / 13:10 WIB
Vaksin yang dibeli pemerintah belum tentu aman, ini penjelasan epidemiolog
ILUSTRASI. Rencana pemerintah soal pengadaan vaksin Covid-19 dari tiga produsen asal luar negeri mendapat kritikan dari epidemiolog. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah soal pengadaan vaksin Covid-19 dari tiga produsen asal luar negeri mendapat kritikan dari epidemiolog. 

Menurut ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono, tiga produsen yang menjalin hubungan dengan pemerintah baru memproduksi bakal vaksin Covid-19. "Mengapa kita harus membeli produk yang belum jadi? Itu masih kandidat. Saya tekankan, yang dari tiga produsen itu masih dalam tahap evaluasi klinis," ujar Pandu ketika dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (14/10/2020). 

"Yang perlu diingat, itu sedang diuji tahap ketiga, dan yang bisa lolos (uji klinis) cuma sedikit," lanjutnya.

Pandu menjelaskan, secara klinis, setelah diuji coba tahap ketiga dan ada hasilnya, para ahli akan memberikan ulasan atas hasil itu. Dalam ulasan itulah akan ada rekomendasi atau keputusan apakah vaksin yang telah diuji coba itu akurat atau tidak jika dipergunakan untuk masyarakat. 

"Jadi (vaksin dari tiga produsen) ini sedang diuji ya. Belum bisa berubah menjadi vaksin terpercaya," tegas Pandu. 

Baca Juga: Update pengembangan vaksin corona di Indonesia, sampai di mana?

Dia pun mengingatkan soal perkembangan uji klinis vaksin Covid-19 dari sejumlah perusahaan farmasi dunia. Salah satunya, Johnson & Johnson yang menghentikan uji klinis mereka.

"Sebab, dari relawan mereka ada yang menderita penyakit aneh. Yang dulu juga pernah disetop," ungkapnya.

Merujuk pada pertimbangan di atas dan situasi terkini, Pandu mengingatkan tentang efektivitas vaksin yang dibeli dari tiga produsen. Dia pun menyarankan masyarakat agar kritis dalam menerima informasi yang disampaikan pemerintah. 

Baca Juga: Awas! Infeksi ulang Covid-19 meningkat, ancam kekebalan pada virus

"Itu belum tentu aman dan efektif. Apakah kita tak rugi kalau vaksin itu tidak ada efeknya sama sekali? Apakah masyarakat mau disuntik dengan vaksin itu," tambahnya. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×