kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.339   1,00   0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

Utang Era Jokowi Dinilai Tidak Produktif, Ini Sejumlah Alasannya


Senin, 16 September 2024 / 15:29 WIB
Utang Era Jokowi Dinilai Tidak Produktif, Ini Sejumlah Alasannya
Presiden Joko Widodo bersiap memimpin sidang kabinet paripurna terakhir di Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (13/09/2024). Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky, buka-bukaan terkait besarnya utang pemerintahan Jokowi yang dinilai tidak produktif.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA,  Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky, buka-bukaan terkait besarnya utang pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai tidak produktif.

Dirinya pun memberikan empat bukti yang menunjukkan utang tersebut tidak produktif.

Pertama, kenaikan pendapatan negara yang tidak signifikan dengan penambahan atau kenaikan utang.

Awalil menyebut, posisi pendapatan negara selama pemerintahan Jokowi tumbuhnya lebih lambat jika dibandingkan dengan posisi utang. Akibatnya, rasio utang pemerintah atas pendapatan negara pada era Jokowi mengalami peningkatan, yakni dari 168,27% pada 2014 menjadi 315,81% pada 2024.

Baca Juga: Ekonom Senior Ini Sebut Jokowi Raja Utang, Minta Prabowo Hati-hati Kelola Utang

"Jadi tidak terbukti utang itu menambah pendapatan negara. Utangnya berjalan lebih cepat dari pendapatan," ujar Awalil dalam diskusi Warisan Hutang Jokowi dan Prospek Pemerintahan Prabowo, Minggu (15/9).

Kedua, Awalil menyebut kenaikan nilai aset tetap pemerintah akibat berutang tidak signifikan. Ini terbukti dari banyaknya aset tetap yang tidak tidak terlalu banyak bertambah.

"Kalau kita lihat kan utang itu tidak cukup besar menjadi aset tetap. Misalnya jalan, yang bertambah itu jalan tol. Jalan nasional itu lebih sedikit dibandingkan era SBY," katanya.

"Tanah juga tidak banyak bertambah secara volume. Nilainya bertambah karena revaluasi, bukan karena utang beli tanah banyak. Enggak. Jadi tidak ada kenaikan aset tetap yang signifikan akibat berutang," imbuh Awalil.

Baca Juga: 10 Penyebab Sudan Selatan Jadi Negara Termiskin di Dunia

Ketiga, posisi investasi pemerintah di BUMN juga tidak membaik signifikan. Ini terlihat dari pertumbuhan penyertaan modal pemerintah (PMP) kepada BUMN yang cenderung tumbuh melandai jika dibandingkan posisi utang pemerintah pusat.

"Tidak terbukti bahwa utang itu membuat investasi pemerintah membaik signifikan di BUMN," jelasnya.

Keempat, kenaikan posisi utang pemerintah juga tidak sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan dasar tersebut, dirinya menilai utang yang ditarik pemerintahan Jokowi sebagian besar tidak produktif.

"Kenaikan posisi utang tidak membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih cepat dari ketika berutangnya lebih sedikit," pungkasnya.

Baca Juga: Beberapa Emiten akan Rights Issue dan Private Placement, Ini yang Perlu Dicermati

Seperti yang diketahui, posisi utang pemerintah kembali mengalami peningkatan per akhir Juli 2024 yaitu mencapai Rp 8.502,69 triliun.

Berdasarkan dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), secara nominal, posisi utang pemerintah tersebut bertambah Rp 57,82 triliun atau meningkat 0,68% dibandingkan posisi utang pada akhir Juni 2024 yang sebesar Rp 8.444,87 triliun.

Sementara itu, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 38,68%. Angka ini menurun dari rasio utang terhadap PDB bulan sebelumnya yang sebesar 39,13%.

Selanjutnya: Harga Minyak Dunia Naik Senin (16/9) Siang, Brent ke US$71,99 dan WTI ke US$69,14

Menarik Dibaca: 6 Posisi Tidur Terbaik hingga Terburuk untuk Ibu Hamil yang Direkomendasikan Ahli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×