kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Utang besar, Pertamina dikhawatirkan diprivatisasi


Senin, 08 Desember 2014 / 05:09 WIB
Utang besar, Pertamina dikhawatirkan diprivatisasi
ILUSTRASI. Manfaat air kelapa untuk kesehatan tubuh.


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Pertamina berpotensi untuk dimiliki pemodal asing. Pasalnya, kebijakan direksi baru di bawah kepemimpinan Dwi Soetjipto dikhawatirkan akan memperbesar utang selama lima tahun ke depan.

Penilaian itu berdasarkan dari rekam jejak Dwi yang diketahui bekas menjabat Direktur PT Semen Indonesia (persero).

Koordinator Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menjelaskan, kondisi perekonomian Indonesia memungkinkan perusahaan plat merah yang bergerak di bidang pertambangan minyak maupun BUMN lain dikuasai pihak asing dengan mudah.

Menurutnya, defisit transaksi berjalan Indonesia di angka Rp 60 triliun sampai Rp 80 triliun dengan tingkat fluktuasi yang terus menurun makin membebankan utang luar negeri.

"Maka kalau keuangan kita kolaps Pertamina akan diambil alih oleh perusahaan asing yang memang sudah mengincar sejak lama," kata Salamuddin dalam diskusi bertema 'Pertamina di Bawah Ancaman Privatisasi dan Utang Luar Negeri' yang digelar di restoran Dapur Selera, Tebet, Jakarta Minggu (7/12).

Dirinya menjelaskan, sektor migas Indonesia dipegang oleh orang-orang yang pro terhadap kebijakan pemodal asing. Seperti Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Sudirman Said, dan Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto.

"Ini sangat membuka peluang privatisasi Pertamina, karena Pertamina utang luar negerinya sudah mencapai Rp 100 triliun, ditambah juga dengan utang dalam negeri. Jadi, sudah 65% dari total aset," katanya. (Wahyu Aji)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×