Reporter: Amal Ihsan Hadian | Editor: Imanuel Alexander
Pemalsuan dollar AS bukan kejahatan baru di Tanah Air. Sindikat internasional masih menjadi pemain utama. Ada yang kualitas uang palsunya rendah, tapi ada juga yang kualitasnya sangat baik, bahkan hingga bisa menipu bank. Jadi, hati-hati!
Suatu siang, beberapa bulan lalu, dua sedan hitam masuk ke halaman kompleks Bank Indonesia (BI). Beberapa pria bule keluar dari mobil. Mengenakan dasi, jas gelap, dan kacamata hitam, mereka tampak “angker”. Cukup menilik pelat mobil putih bertulisan CD dengan nomor awal 12, akan bisa menebak, mereka berasal dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS).
Yang banyak orang tidak tahu, sebagian dari pria bule itu adalah agen Dinas Rahasia AS alias Secret Service. Ini merupakan institusi penegak hukum Negeri Paman Sam yang punya tugas mengawal pejabat tinggi AS dan memberantas dollar
palsu. Setiap kali mereka datang ke sini, itu berarti bakal ada pejabat tinggi AS yang melawat ke Indonesia atau sedang
mengurusi dollar AS palsu.
Dalam kunjungan siang itu, sumber KONTAN membisikkan, Secret Service datang ke BI untuk memberikan penjelasan soal cara mengenali uang dollar AS abal-abal dan segala fi tur keamanan atawa security feature dari uang dollar AS kertas yang asli. Selain ke BI, Secret Service kabarnya juga menyambangi Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Mabes Polri, dan Badan Intelijen Negara (BIN).
Maklum, sebagai valuta yang menjadi alat transaksi perdagangan internasional, dollar AS memang menjadi mata uang yang paling banyak dipalsukan.
Data Departemen Keuangan AS menunjukkan, dari seluruh uang dollar AS yang beredar, 60% di antaranya “melanglangbuana” di luar AS. Dari semua greenback, sebutan untuk dollar AS, yang beredar di luar AS, 72% di antaranya merupakan uang pecahan US$ 100. Pecahan US$ 100 yang beredar di pelbagai belahan dunia ini yang menjadi sasaran empuk pemalsuan.
Rasionya, satu dari 11.000 lembar dollar AS pecahan US$ 100 yang beredar adalah palsu. Sebetulnya, Indonesia tidak termasuk negara yang paling banyak peredaran dollar AS palsu. Sebab, dollar AS tidak laku sebagai alat tukar di dalam
negeri. Selama ini mata uang negara Barack Obama itu paling banyak dipalsu di negara-negara tempat dollar AS bisa digunakan untuk transaksi ritel domestik.
Contohnya, di wilayah Amerika Selatan, Eropa Timur, dan Timur Tengah. Dollar hitam Masalahnya, Indonesia adalah pemegang dollar AS paling banyak di Asia Tenggara. Tahun 2007 saja, dollar AS yang beredar di Indonesia mencapai lebih dari US$ 2 miliar. Ini dua kali lipat dari dollar AS yang beredar di Singapura dan hampir delapan kali lipat dari yang beredar di Thailand. Ini kenyataan wajar mengingat produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih besar dari PDB negaranegara tetangga kita.
Makanya, Pemerintah AS terus menaruh perhatian terhadap aktivitas pemalsuan mata uang mereka di Indonesia, tak terkecuali pada kasus pengedaran 370 lembar dollar AS palsu dengan nominal US$ 100 di daerah Cilincing, Jakarta Utara, di akhir Agustus 2012.
Sebenarnya, pemalsuan dollar AS bukan kejahatan baru di Indonesia. Dari sisi kualitas, ada dua jenis dollar AS palsu
yang beredar. Pertama, dollar AS palsu kualitas rendah yang dicetak dengan mesin cetak offset. Kualitas cetaknya bervariasi tergantung pada kualitas mesin cetak, “keahl ian” pemalsunya. Disebut kualitas rendah karena gampang membedakannya dengan dollar AS asli. “Yang paling terkenal adalah dollar hitam,” kata Kombes Rikwanto, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya.
Mendapat julukan dollar hitam, lantaran warna uangnya hitam dan pengedarnya kebanyakan warga negara asing dari negara-negara di Afrika. Dollar AS ini biasanya menjadi wahana penipuan. Modusnya, si pengedar menawarkan uang ini kepada orang lokal. Mereka bilang, ini uang dollar AS asli, cuma terkena tinta berkelir hitam sehingga tak laku. Atau, para pemalsu mengatakan, uangnya sudah digunakan untuk kepentingan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Jadi, kadang ada stempel logo PBB
di uangnya. Tinta dan stempel itu bisa dihilangkan dengan cairan khusus. Pemalsu lantas menjanjikan cairan khusus penghapus tinta dan bergepokgepok uang dollar AS yang terkena tinta hitam untuk ditebus dengan sejumlah uang.
Untuk menipu, mereka memperlihatkan cara menghapus tinta dan meminta calon korban menukarkan dollar AS yang sudah bersih itu ke money changer. Cuma, dollar AS yang ditukarkan itu adalah uang asli.
Sementara, dollar AS bergepokgepok yang mereka jual adalah uang palsu. Karena belepotan tinta, susah membedakan dengan
dollar AS asli. Jenis kedua adalah dollar AS yang dicetak dengan digital printing. Saat ini, kebanyakan dollar AS palsu yang ditemukan dicetak dengan printer. Kualitasnya juga bervariasi dari yang mudah dikenali sampai yang mesti diperiksa betul untuk bisa memastikan keasliannya.
Beberapa security feature di dollar AS memang bisa diakali. “Seperti serat merah biru yang tampak dan tertanam di kertas
uang dollar, ternyata bisa diakal-akali dalam proses pencetakan,” ungkap sumber KONTAN yang tahu banyak soal dollar AS
palsu di Indonesia.
Satu hal yang menyulitkan membedakan dollar AS palsu dan asli adalah kebanyakan dollar AS asli yang beredar masih dalam kondisi baik. Lantaran money changer di Indonesia ogah menerima dollar AS dalam kondisi yang lecek, kebanyakan pemegang dollar AS menjaga baik-baik dollar AS-nya. Selintas, tidak mudah membedakan dollar AS yang masih mulus dengan dollar AS palsu yang masih baru. Padahal, uang palsu bakal gampang dikenali jika lecek karena kertasnya hanya kertas biasa.
Modus peredaran dollar palsu jenis ini kebanyakan juga penipuan. Pemalsu menjanjikan uang dollar AS dengan nilai tukar yang lebih rendah dari money changer atau bank. Pemalsu mengaku, dollar AS-nya adalah uang lama sehingga nilai tukarnya bisa murah. Kadangkadang, uang palsu itu dicampur uang asli untuk mengelabui calon korbannya. “Waktu dijual, gepokan uangnya juga dibungkus plastik, jadi susah mengecek semua uangnya,” ujar sumber tadi.
Jualan dollar AS model beginian tentu sulit menembus money changer. Itu sebabnya, ada dugaan sindikat pemalsu menyuplai dollar AS abal-abal untuk praktik penipuan yang berkedok money game dan dukun pengganda uang. Ada pun pelakunya diduga sindikat baru yang berbasis di Indonesia. Dugaannya, mereka adalah jaringan pemalsu rupiah tetapi banting setir ke dollar AS.
Bukan apa-apa, selain memalsukan dollar AS lebih mudah dibandingkan dengan rupiah, aksi penangkapan pemalsu rupiah yang dilakukan polisi dan kampanye mengenali uang rupiah asli yang digelar BI, membuat ruang gerak pemalsu rupiah makin sempit.
Oleh karena itu, mereka ubah haluan memproduksi dollar AS palsu. Apalagi, aturan hukum soal pemalsuan dollar AS belum jelas. Bisa dibilang, pekerjaan memalsu dollar AS adalah aktivitas kriminal berisiko rendah. Makanya, meski sudah diburu Secret Service, aksi kriminal ini tetap tumbuh subur.
Tapi, menurut Rikwanto, kemungkinan besar pelakunya masih jaringan orang asing. Soalnya, dari sejumlah kasus termasuk di Cilincing, belum jelas benar siapa penyuplai dan dari mana pasokan dollar AS palsu ke Indonesia berasal.
Dollar supernote
Ketika polisi masih mendugaduga soal sumber dollar AS palsu kualitas rendah, Pemerintah AS justru sudah punya dugaan kuat siapa yang memasok dollar AS palsu berkualitas sangat baik yang disebut supernote. Ini ialah dollar AS palsu canggih yang sangat mirip dengan yang asli.
Berbeda dengan dollar AS palsu kualitas rendah yang tidak mampu meniru cetak intaglio dan fitur ultraviolet dollar AS asli, supernote memiliki cetak intaglio, model typographic dan fitur ultraviolet seperti layaknya dollar AS yang dicetak US Bureau of Engraving, pencetak uang dollar AS.
Kalau dollar AS palsu berkualitas rendah menggunakan kertas biasa yang mirip dengan uang kertas, supernote benar-benar memakai kertas uang serat (fiber), lengkap dengan benang pengaman, serat merah biru, dan tanda air. Saking canggihnya, hanya sedikit bank asing dan bank sentral negara yang mampu membedakan dollar AS palsu tersebut.
Oleh sebab itu, Pemerintah AS menduga, dollar AS palsu supercanggih ini diproduksi oleh negara lain. Tudingan AS terarah ke Korea Utara. Pasalnya, hanya pemerintah suatu negara yang memiliki peralatan dan kemampuan mencetak dollar AS tersebut. Terlebih, jumlahnya sangat besar. Total sampai tahun 2008, Secret Service sudah menyita supernote senilai lebih dari US$ 50 miliar dari seluruh dunia.
Belum jelas, sebesar apa kerugian yang diakibatkan oleh uang palsu yang disebut highly deceptive dollar oleh Secret Service ini, maupun seberapa banyak peredarannya di Indonesia. Troy Pederson, Atase Pers Kedutaan Besar AS, dan Corina R. Sanders, Sekretaris Bidang Informasi Kedutaan Besar, tidak bisa dimintai konfirmasinya. Surat elektronik (e-mail) serta faksimile yang KONTAN layangkan ke Kedutaan Besar AS juga tak berbalas.
Yang jelas, supernote memang menjadi perhatian khusus Pemerintah AS. Difi A. Johansyah, Direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, mengakui, supernote memang menjadi kekhawatiran utama Pemerintah AS. Karena itu, Secret Service datang ke BI untuk menyosialisasikan peredaran dollar AS palsu terutama supernote. “BI cuma membantu menjembatani sosialisasi kewaspadaan dollar palsu dengan bank kita. Kerjasamanya dengan kedutaan, bukan Secret Service langsung,” tutur dia.
Yunus Husein, bekas Kepala PPATK, juga mengaku, kerjasama dengan Secret Service dan Federal Bureau of Investigation (FBI) sudah lama terjalin dengan PPATK. Meski supernote jadi kekhawatiran utama mereka, pemalsuan dollar AS palsu oleh sindikat lokal tetap jadi perhatian. “Markas Secret Service untuk Asia Tenggara hanya ada di Bangkok, Thailand. Tapi, kalau kami beritahu ada temuan dollar AS palsu di sini, mereka pasti datang,” katanya.
Sebab, hanya Secret Service yang memiliki kapabilitas dan kapasitas di hadapan hukum, untuk menegaskan bahwa uang dollar AS asli atau tidak.
Cuma, menurut sumber KONTAN, kekhawatiran Secret Service sebenarnya hanya terhadap supernote. Mereka datang cuma ingin mengetahui seberapa baik kualitas dollar AS palsu yang ditemukan. “Kalau kualitasnya rendah, mereka tenang. Tapi, kalau kualitasnya baik, baru mereka pusing,” ujarnya. Karena, lanjut dia, kualitas dollar AS palsu yang baik bakal menyulitkan perbankan dan money changer lokal mengenalinya.
Wah, kalau benar-benar supernote serapi itu banyak beredar di sini, bisa-bisa para personel Men in Black akan semakin sering mampir.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 49 XVI 2012, Laporan Utama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News