Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Bank Tanah (BBT) terus melakukan penjajakan dengan investor untuk mengembangkan lahan-lahan yang sudah dikelola badan tersebut, baik investor lokal maupun asing.
Kepala Badan Bank Tanah, Parman Nataatmadja mengatakan, sejumlah investor asing telah melakukan penjajakan untuk pemanfaatan hak pengelolaan lahan (HPL) di aset Bank Tanah. “Ada beberapa investor yang berminat masuk, seperti Jtrust dari Jepang, investor Swiss, dan investor China,” ujarnya, Jumat (29/11).
Parman bilang, investor China tertarik masuk untuk memanfaatkan lahan di kawasan Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Investor tersebut tertarik untuk membangun pabrik di lahan tersebut untuk beberapa industri.
Sementara penjajakan dengan JTrust sudah lama dilakukan. Badan Bank Tanah bahkan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) dan PT J Trust Consulting Indonesia untuk pemanfaatan lahan di PPU pada Juni 2024 lalu.
JTrust berencana membangun kawasan Eco City di lahan tersebut. Parman menyebut belum ada perkembangan dari MoU tersebut. Namun, ia optimistis rencana investor Jepang itu masuk ke PPU akan terealisasi.
Baca Juga: Menjaga Reputasi Dalam Berinvestasi
“Proses pengambilan keputusan investasi dari investor Jepang memang biasanya lama. Bisa setahun hinga dua tahun karena mereka perlu melakukan studi dan mempertimbangkan berbagai hal,” jelas Parman.
Selain itu, Badan Bank Tanah juga mendapatkan pernyataan minat dari investor Swiss untuk mengembangkan perkebunan kopi di Lembah Ngapu, Poso, Sulawesi Tengah. Seperti diketahui, Bank Tanah telah memiliki lahan 6.648 hektare (ha) di Lembah Ngapu.
Parman mengungkapkan, penjajakan dengan investor Swiss itu sudah dimulai sejak satu setengah tahun lalu, tetapi masih maju mundur karena adanya perhelatan politik di Tanah Air.
Sebelumnya, Badan Bank Tanah juga mendapatkan minat dari investor Vietnam untuk membangun peternakan sapi di Poso. Namun, minat itu tak bisa dipenuhi karena luas lahan yang dicari mencapai 10.000 ha. Sedangkan lahan Bank Tanah yang berada dalam satu hamparan paling luas hanya sekitar 6.000.
Baca Juga: Nusron Wahid Sebut Butuh 26.000 Hektare Lahan Buat Program 3 Juta Rumah
Tak hanya dari investor asing, investor lokal juga banyak tertarik memanfaatkan lahan HPL Bank Tanah. Parman mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan transaksi dengan pengembang properti nasional untuk pemanfaatan lahan sekitar 330 ha di PPU.
“Sesuai dengan peruntukan RTRW, laban itu akan dikembangkan menjadi kawasan perkotaan. Di dalamnya akan dibangun resort dan lapangan golf,” ungkap Parman.
Targetkan Kuasai Lahan 175.000 ha
Per Oktober 2024, Badan Bank Tanah tercatat telah memiliki aset persediaan tanah seluas 27.169 ha. Sampai akhir tahun ditargetkan bisa mencapai 35.000 ha.
Parman mengatakan, pihaknya akan terus melakukan penambahan lahan ke depan. Pada tahun 2025, penambahan lahan baru ditargetkan seluas 140.000 ha, sehingga pada akhir tahun itu total akumulatif luas lahan Badan Bank Tanah mencapai 175.000 ha.
Perkiraannya, sumber tambahan lahan baru paling besar akan berasal dari kawasan hutan. Seperti diketahui, lahan yang dimiliki Bank Tanah diperoleh dengan cara pembelian, penerimaan hibah, tukar menukar, pelepasan hak, dan perolehan bentuk lainnya yang sah.
Tanah-tanah tersebut di antaranya merupakan kawasan dan tanah terlantar, tanah pelepasan kawasan hutan, tanah timbul, tanah hasil reklamasi, tanah bekas tambang, tanah pulau-pulau kecil, tanah yang terkena kebijakan perubahan tata ruang, dan tanah yang tidak ada penguasaan di atasnya.
Baca Juga: Menteri ATR/BPN Ungkap 2,5 Juta Hektar Kebun Sawit Belum Punya HGU
Lahan yang dimiliki Bank Tanah saat ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Di Paser Penajem Utara (PPU), Kalimantan Timur, tercatat seluas 4.162 ha, di Halmahera Selatan 3.890 ha, Sulawesi Tengah Rp 7.123 ha,Bangka Belitung 1.517 ha, Luwu Utara-Sulawesi Selatan 4.960 ha, Solok-Sumatera Barat 315,4 ha, Kalimantan Tengah 882 ha, Buton 639 ha.
Lalu di Bali 6 ha, Cianjur 965 ha, Purwakarta 95 ha, Sumedang 84, Tanjung Balai Sumatera Utara 10 ha, Asahan 30 ha, Tapanuli Selatan 1.411 ha, Batubara 202,6 ha, Jember 5,3 ha, dan lain-lain.
Rencana pemanfaatan lahan yang ada di PPU terdiri dari untuk reformasi agraria sekitar 1.873 ha, badan air 123 ha, Bandara Intenasional Nusantara 621 ha, Jalan Tol 5B 135 ha, Institusi kelembagaan pemerintah 379 ha, dan area pengembangan seluas 1.014 ha.
Area pengembangan lahan Bank Tanah di PPU terdiri dari kawasan pelabuhan, industri, dan logistik 115 ha, kawasan pusat kota 256 ha, kawasan resort dan sport hub 338 ha, dan area residensial dan komersial 307 ha.
Baca Juga: Bebaskan Lahan 2.086 Ha di IKN, Pemerintah Siapkan Anggaran Rp 140 Miliar
Parman menambahkan, Bank Tanah juga siap mendukung program 3 juta rumah dari sisi lahan. Ia menyebut, sebaran aset untuk perumahan sesuai RTRW mencapai sekitar 295,09 ha. Itu terdiri dari lahan seluas 40 ha di Tanjung Balai, Purwakarta 95 ha, Brebes 0,6 ha, Batang 0,5 ha, Kendal 4,26 ha, dan PPU 164,67 ha.
Adapun pengembangan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sudah dilakukan ada di dua lokasi, yakni Kendal dan Brebes. “Rumah MBR ini diberikan sertikat hak pakai lahan (HPL) dulu selama 10 tahun, baru setelahnya bisa ditingkatkan jadi hak milik. Ini Tujuannya agar rumah MBR jelas peruntukannya dan bisa diluai segara,” jelas Parman.
Di Kendal, Bank Tanah menggandeng Bumi Svarga Asri untuk mengembangkan 382 unit rumah MBR di lahan 4,26 ha. Adapun saat ini sudah terbangun 73 ha. Sedangkan di Brebes, Bank Tanah menggandeng Perumnas sebagai mitra untuk mengembangkan 43 rumah MBR dan saat ini baru dibangun 5 unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News