Reporter: Rika | Editor: Edy Can
NUSA DUA. Uni Eropa dan Amerika Serikat berminat ikut serta dalam proyek ASEAN Connectivity. Megaproyek yang hendak menghubungkan infrastruktur fisik, institusi, dan masyarakat ASEAN ini sudah mulai berjalan, di antaranya proyek rel kereta api Singapura-Kunming.
"Eropa dan AS akan ikut serta dalam bentuk menyediakan funding dan technical support," kata Ngurah Swajaya, Ketua ASEAN Connectivity Coordinating Committee (ACCC), kemarin (13/10). Eropa akan menyediakan dana sekitar 30 juta euro dan bantuan pengembangan sumber daya manusia. Uni Eropa juga akan membagikan pengalaman mereka dalam pengembangan connectivity dan permasalahannya.
"Dana itu kecil, tapi yang penting, bagaimana dengan dialog bersama Eropa, kita bisa mendapatkan investasi dari swasta," imbuh dia.
Sedangkan AS juga sudah menyatakan minatnya. Rencananya, dalam pertemuan ASEAN dengan Amerika Serikat, Presiden Barrack Obama akan meluncurkan joint statement untuk kerja sama AS-ASEAN lebih lanjut, termasuk dalam hal membangun ASEAN Connectivity.
Menurut Ngurah, ketertarikan AS mencakup seputar bidang konektivitas maritim, penanggulangan kejahatan lintas batas negara, kerja sama ekonomi dan kemungkinan menjalin FTA dengan ASEAN, stabilitas keamanan regional, serta teknologi komunikasi dan informasi (ICT).
ASEAN Infrastructure Fund sudah tersedia
Pembangunan ASEAN Connectivity direncanakan berjalan dalam kurun 2011-2015. Masalahnya, proyek ambisius ini pun menelan dana yang sangat besar.ASEAN mendapatkan dananya tidak hanya dari bantuan Jepang dan China berupa dana ODA (Official Development Assistant), tapi juga dari kerja sama dengan swasta dan ASEAN Infrastrukture Fund.
ASEAN Infrastructure Fund merupakan dana bersama ASEAN untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur. Hingga kini, nilainya mencapai US$ 458,2 juta. Namun, sampai dengan 2020, ASEAN mengharapkan dana itu bisa bertambah hingga US$ 3,6 miliar.
Pada sumbangan awal ASEAN Infrastructure Fund, penyumbang terbesar adalah Asian Development Bank (ADB) dan Malaysia masing-masing senilai US$ 150 juta. Adapun Indonesia menyumbang US$ 120 juta.
Sebelumnya, Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN Puspanathan Sundram menyatakan, kajian ADB menyimpulkan konektivitas fisik saja akan menelan investasi US$ 60 miliar per tahun. Sedangkanm 15 proyek prioritas yang akan dikembangkan dari sekarang hingga tahun 2015 bakal membutuhkan investasi sekitar US$ 15 miliar.
Ke-15 proyek itu antara lain jaringan jalan tol ASEAN, ASEAN Single Window, jaringan trasnportasi maritim, dan infrastruktur ICT. Ngurah mengatakan, tahun depan akan mulai dilakukan studi tentang kapal ro-ro yang menghubungkan Bitung, Indonesia, dan Dafau, Filipina. Proyek lain yang juga sudah mulai berjalan adalah rel kereta Singapura-Kunming dengan pendanaan dari China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News