Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak daerah di Indonesia masih terus bergelut dengan urusan sampah. Bukan hanya soal volume, tapi lebih pada sistem pengelolaan yang belum tuntas.
Di lapangan, sampah masih sering dikumpulkan tanpa dipilah. Dibawa ke tempat penampungan akhir tanpa proses pemrosesan yang memadai.
Maka, satu demi satu wilayah mencoba memperbaiki pengelolaan sampah, seperti Kabupaten Purwakarta Lewat program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP), Desa Tegalsari di Purwakarta mejadi tempat memilah sampah dari rumah bisa menjadi kebiasaan, bukan hanya kewajiban.
Bukan hanya soal volume, tapi lebih pada sistem pengelolaan yang belum tuntas. Di lapangan, sampah masih sering dikumpulkan tanpa dipilah, dibawa ke tempat penampungan akhir tanpa proses pemrosesan yang memadai.
Lima aspek utama yang menjadi fondasi sistem persampahan. Mmulai dari kelembagaan, pendanaan, teknis operasional, regulasi, hingga partisipasi masyarakat—masih menyisakan pekerjaan rumah.
Baca Juga: Emiten ESG Meraup Berkah Pengelolaan Sampah
Desa dan kelurahan belum punya peran kuat dalam pengelolaan, dana terbatas, dan belum ada sistem insentif yang efektif. Sementara itu, regulasi ada, tapi penerapannya lemah. Yang paling penting, masyarakat masih belum terbiasa memilah sampah dari rumah.
Melalui ISWMP, Kabupaten Purwakarta mendapat suntikan semangat dan strategi baru. Proyek ini tak hanya bicara soal infrastruktur atau pengadaan alat, tapi juga soal perubahan cara pikir. Bbahwa semua aspek harus diurus termasuk soal tata kelola, pendanaan dan peran serta masyarakat. Dan lebih penting lagi: pengelolaan sampah harus dimulai dari sumbernya: rumah tangga.
ISWMP tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik seperti pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), juga menyasar reformasi kelembagaan, regulasi, pembiayaan, dan perubahan perilaku masyarakat.
Program ini hadir melalui kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kesehatan, dan Bank Dunia. Program ini mendorong reformasi sistem pengelolaan sampah yang lebih modern, inklusif, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Zulhas: Aturan Pengelolaan Sampah Jadi Energi Tuntas Minggu Ini
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Dewi Chomistriana, menegaskan pentingnya pendekatan menyeluruh dalam pengelolaan sampah. Program ISWMP bukan hanya tentang pembangunan fisik, tetapi tentang perubahan cara pandang kita terhadap sistem pengelolaan sampah.
"Ketika TPST menjadi bagian dari sistem yang terhubung dari kebijakan hingga kebiasaan masyarakat, maka kita tidak sekadar mengelola sampah, tapi sedang merawat masa depan bersama,” katanya, dalam keterangan resmi, Senin (22/9).
Program ISWMP hadir di Kabupaten Purwakarta, tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membenahi sistem layanan dari hulu hingga hilir.
Pembangunan TPST ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pengolahan sampah. Tapi juga sebagai contoh penerapan teknologi pengolahan modern yang mampu menghasilkan nilai tambah, baik secara ekonomi maupun lingkungan, dan dapat direplikasi di wilayah lain.
Baca Juga: DLH Jakarta Jalankan Pilot Project Pengelolaan Sampah di 6 Kelurahan
Dengan kombinasi lima pilar tersebut, Kabupaten Purwakarta mulai menunjukkan hasil yang signifikan: sistem pemilahan sampah dari sumber mulai terbentuk, rantai layanan pengangkutan sampah semakin tertata, kolaborasi dengan sektor swasta menguat, dan proses pengolahan kini diarahkan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi dari material daur ulang serta produksi energi alternatif seperti refuse derived fuel (RDF).
Koordinasi dilakukan sejak awal November 2024, dimulai dengan dialog antara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Purwakarta dan pemerintah desa. Warga pun dilibatkan sejak awal—mereka tidak hanya diajak ikut, tapi juga diberi ruang untuk terlibat langsung.
Pelaksanaan dimulai dengan sangat sederhana. Ada dropbox untuk sampah daur ulang, ember untuk sampah residu, trashbag, stiker untuk rumah yang sudah memilah, dan gerobak sorong untuk mengambil sampah dari gang-gang kecil.
Pilot project di Desa Tegalsari bukanlah sekadar eksperimen jangka pendek yang berakhir di tumpukan laporan akhir. Sejak awal, Pemerintah Desa bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Purwakarta menegaskan, inisiatif ini harus menjadi titik awal transformasi berkelanjutan dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Selanjutnya: Realisasi Anggaran MBG Capai Rp13 Triliun, Baru Terserap 18,3% dari Pagu APBN 2025
Menarik Dibaca: Peruri Bestari Festival Gaungkan Gaya Hidup Berkelanjutan ke Generasi Muda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News