kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Total inflasi hingga akhir tahun diperkirakan 4,3%


Minggu, 21 Mei 2017 / 20:06 WIB
Total inflasi hingga akhir tahun diperkirakan 4,3%


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi hingga tahun hingga akhir tahun hanya 4,3%. Jumlah ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, yakni 4,6%. Pada bulan Mei ini, inflasi diperkirakan sekitar 0,27%.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, salah satu resiko ekonomi yang dipantau oleh BI adalah pergerakan inflasi indeks harga konsumen (IHK). Ia menyatakan, bank sentral melihat adanya risiko peningkatan inflasi pada bulan Juni dan Juli 2017 mendatang.

"Ini biasa, karena hari raya keagamaan, kenaikan tarif listrik akan terjadi juga. Akan tetapi, kita optimis baseline-nya, angka dasar inflasi, akan berada dalam kisaran target kita," jelas Dody. Ia pribadi memperkirakan range inflasi Indonesia hingga akhir tahun ada di kisaran 3% - 5%.

Dody pun mengimbau masyarakat untuk selalu kritis ketika terjadi kenaikan harga menjelang bulan Ramadan. "Bagaimana caranya merubah pola pikir masyarakat, jangan sampai ada pikiran harga naik, nerima saja. Karena masalah buat inflasi itu kan salah satu pendorongnya adalah ekspektasi masyarakat," terangnya, di Gedung BI, Jumat (19/5).

Ia berpendapat, kenaikan harga pangan di bulan Ramadan sudah terlalu lama dibiarkan. Sehingga, menjadi kebiasaan dan justru dijadikan kesempatan oleh para pedagang sebagai momen untuk menaikan harga dagangannya.

"Di sisi lain mungkin karena pola pikir tersebut dijadikan kesempatan oleh penjual. Oke, ini masuk bulan puasa harga dinaikin aja karena pasti rakyat juga menerima. Konsumen harus lebih kritis lagi," ujar Dody.

Ia pun menjelaskan, terjadinya kenaikan harga dipicu oleh dua hal, yakni terlalu tingginya permintaan sehingga pasokan tidak mencukupi atau pasokannya yang turun sehingga kebutuhan tidak tercukupi.

"Ini yang selalu didengungkan dan kita sebagai konsumen selalu menerima saja. Sebulan puasa harga pasti naik karena permintaan yang naik. Padahal, kalau puasa harusnya nahan konsumsi tapi permintaan malah naik," ungkapnya.

Bagi Dody, ada beberapa barang konsumsi yang perlu diwaspadai kontribusinya untuk inflasi, seperti bumbu-bumbuan (bawang putih, cabai, dsb) yang inflasinya biasa tembus dua digit, telur ayam serta daging ayam.

Selain itu, risiko lain terkait inflasi adalah yang berasal dari komponen harga yang diatur pemerintah atau administered prices. Hal ini terkait dilanjutkannya kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun 2017 ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×