kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.207   -17,00   -0,11%
  • IDX 7.712   -30,55   -0,39%
  • KOMPAS100 1.198   4,90   0,41%
  • LQ45 978   5,14   0,53%
  • ISSI 227   0,30   0,13%
  • IDX30 501   4,34   0,87%
  • IDXHIDIV20 605   4,90   0,82%
  • IDX80 137   0,59   0,43%
  • IDXV30 141   0,58   0,41%
  • IDXQ30 168   1,24   0,75%

Titik keseimbangan rupiah masih di atas 11.000


Senin, 11 November 2013 / 06:42 WIB
Titik keseimbangan rupiah masih di atas 11.000
ILUSTRASI. 5 Cara Membantu Anak Remaja Tidur Lebih Cepat dan Nyenyak di Malam Hari.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih saja berfluktuasi. Dalam beberapa waktu belakangan, posisi rupiah sempat menguat meski akhirnya melemah lagi. Terakhir, pada Jumat (8/11) lalu, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis oleh Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika Serikat (US$) berada di level Rp 11.404 per US$. Dalam perkembangannya seminggu terakhir mata uang garuda sebenarnya sempat mendekati level Rp 11.000 per US$. Namun sejak tanggal 29 Oktober 2013, rupiah terus melemah.

Sejumlah ekonom memperkirakan, pelemahan itu dipicu data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan neraca perdagangan (trade balance) pada bulan September mengalami defisit. Padahal, sebelumnya para ekonom memperkirakan akan terjadi surplus, mengikuti neraca perdagangan bulan Agustus. Dengan defisit neraca perdagangan, akan berdanmpak pada defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Deficits (CAD).

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, persoalan neraca perdagangan masih faktor utama yang diperhatikan investor. Sementara hingga kini pemerintah masih belum bisa memperbaiki kondisi itu. Pemerintah memang pernah bilang kalau neraca transaksi berjalan bisa ditekan di level 3,3%-3,5%. "Tapi itu belum cukup untuk mendorong rupiah menguat," ujar David, Minggu (10/11) kepada KONTAN.

David melihat hingga akhir tahun rupiah akan tetap berfluktuasi. Ia menargetkan pergerakan rupiah hingga akhir tahun akan berada di level Rp 11.000- Rp 12.000 per US$. Sementara untuk bisa menembus Rp 11.000 per US$ menurutnya sulit terjadi, dengan permasalah fiskal tersebut.

Sementara itu ekonom Universitas Ma Chung Doddy Arifianto bilang, rupiah memiliki peluang untuk menembus Rp 11.000 per US$. Alasannya, meskipun masih memiliki masalah di Current Account Deficit, kondisi perekonomian global masih mendukung untuk menjaga aliran dana asing masuk ke dalam negeri. Misalnya saja, kebijakan suku bunga ketat di Eropa, akan membuat investor lebih melirik investasi di luar Eropa.

Selain itu, kemungkinan tidak akan dilakukannya tapering off oleh bank sentral AS, The Federal Reserve, pada tahun ini. Hal itu akan menjamin aliran dana dari Negeri Paman Sam. Selain itu, rencana pemerintah yang membuka keran investasi dengan berbagai kebijakan akan membuat aliran dana yang masuk lebih banyak lagi. "Jika dana asing semakin banyak yang masuk, ini akan membuat rupiah semakin kuat," kata Doddy.

Doddy memperkirakan, hingga akhir tahun, nilai tukar rupiah bisa menyentuh angka Rp 10.800- Rp 11.500 per US$. Namun, menurutnya, nilai keseimbangan rupiah masih berada di angka Rp 11.000 per US$.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×