Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kasan mengatakan, salah satu tantangan bagi para pelaku usaha di Indonesia adalah adanya pembatasan sosial atau karantina wilayah. Tetapi, dia meminta agar hal ini tidak menyusutkan semangat para pelaku usaha untuk melakukan ekspor dan membuka peluang pasar baru apalagi produk makanan dan minuman sangat dibutuhkan dunia.
Adapun, Ketua GAPMMI Adhi Lukman mengatakan, untuk bersaing dengan pasar global maka Indonesia harus memperkuat industri nasional, khususnya percepatan pemulihan setelah Covid-19.
Adhi pun mengusulkan agar dilakukan peningkatan akselerasi dalam menjadikan Indonesia 4.0 industri bernilai tambah sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ketersediaan bahan baku sebagai bagian dari rantai nilai glonal, melakukan peninjauan regulasi untuk mendukung industrialisasi serta menjadikan Indonesia sebagai pusat penelitian hub global untuk sektor industri makanan dan minuman.
Baca Juga: Perusahaan sawit berupaya terus mendorong ekspor CPO
Sebagai informasi, ekspor produk makanan olahan pada Januari hingga April 2020 tercatat sebesar US$ 1,32 miliar atau naik 7,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari capaian ekspor tersebut, produk utamanya adalah makanan olahan dengan nilai US$ 139,83 juat, olahan krustase udang senilai US$ 137,15 juta, olahan ikan US$ 129,16 juta, olahan krustase kepiting US$ 106,1 juta juga esens dan konsentrat kopi senilai US$ 104,89 juta.
Sementara, negara tujuan ekspornya adalah Amerika serikat dengan pangsa pasar 22,11%, Filipina dengan pangsa pasar 12,15%, Malaysia sebesar 7,65%, Singapura sebesar 5,64% dan Jepang sebesar 5,41%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News