kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tiga tahun depan, pemerintah patok inflasi rendah


Selasa, 15 Mei 2012 / 16:01 WIB
Tiga tahun depan, pemerintah patok inflasi rendah
ILUSTRASI. Amerika Serikat (AS) mendukung pelonggaran hak paten vaksin Covid-19 bagi negara-negara berkembang yang membutuhkan vaksin.


Reporter: Herlina KD | Editor: Edy Can

JAKARTA. Pemerintah mematok angka inflasi lebih rendah pada tiga tahun mendatang. Dalam peraturan menteri keuangan, pemerintah mematok inflasi di kisaran 4% hingga 4,5% untuk tiga tahun mendatang.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.66 tahun 2012 tentang Sasaran Inflasi Tahun 2013, 2014 dan 2015 itu disebutkan, tingkat dan periode sasaran inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) ditetapkan sebesar 4,5% untuk tahun 2013 dan 2014. Sedangkan untuk 2015 sebesar 4% dengan deviasi sebesar 1%.

Beleid yang terbit pada 30 April 2012 lalu ini mengatakan, pengendalian sasaran inflasi ini akan dilakukan oleh Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi. Forum ini dibawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan beranggotakan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Menteri Perdagangan dan menteri-menteri terkait.

Ekonom BII Juniman menyatakan, target inflasi pemerintah ini sudah cukup baik. Cuma, dia mengatakan, sasaran inflasi ini tergantung dari koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia.

Menurutnya, pemerintah jangan sampai membuat kebijakan yang mendorong kenaikan harga bila ingin mencapai sasaran inflasi tersebut. Dia mencontohkan seperti pengaturan harga BBM, tarif listrik dan gas.

Di sisi Bank Indonesia, dia berharap bank sentral bisa mengendalikan jumlah uang beredar. Katanya, jika uang beredar berlebihan sulit bagi Bank Indonesia dan pemerintah mengontrol inflasi.

Sementara Ekonom BCA David Sumual berpendapat sasaran inflasi yang dipatok pemerintah dalam tiga tahun ke depan terlalu konservatif. Alasannya, "Inflasi kita selama ini masih artifisial yang disebabkan karena adanya subsidi energi," ujarnya.

Menurutnya, subsidi pemerintah untuk beberapa komoditas seperti bahan bakar minyak, dan listrik justru menimbulkan inflasi yang lebih tinggi. Lagipula, lanjutnya, subsidi ini membuat inflasi rentan melambung karena ekspektasi yang berlebihan dari masyarakat jika ada rencana pengurangan anggaran subsidi yang berimbas pada kenaikan harga BBM.

Jika tak ada subsidi energi yang membuat aksi spekulasi, dalam hitungan David inflasi justru bisa lebih rendah, yaitu di kisaran 2% - 4%. Tapi, selama masih ada subsidi BBM, David masih ragu inflasi akan melandai.

David bilang, faktor lain yang juga harus diperbaiki pemerintah adalah infrastruktur yang mendukung distribusi. Sebab, selama ini biaya logistik di Indonesia cukup besar, dan terjadi disparitas yang tinggi antara wilayah barat dan timur Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×