Reporter: Edy Can | Editor: Edy Can
YOGYAKARTA. Demi memperjuangkan keistimewaan, massa yang datang dari berbagai elemen mengenakan busana tradisional Jawa. Tidak ketinggalan, mereka juga membawa kemenyan.
Massa yang datang bukan hanya dari wilayah kota Yogyakarta. Massa dari Kabupaten Bantul juga turut memperjuangkan keistimewaan Yogyakarta.
Bahkan massa NTT juga hadir mengenakan pakaian tradisional mereka. Mereka menyuarakan dukungannya melalui tarian khas NTT.
Untuk menjaga arus massa, puluhan polisi lantas gabungan berjaga di perempatan kantor pos besar. Jumlah tersebut belum termasuk polisi yang berjaga di sepanjang Jalan Malioboro.
Arus lalu lintas mulai padat, tersendat massa pendukung keistimewaan. Pengguna jalan tidak sabar untuk melintasi perempatan kantor Pos Besar.
Suara klakson berbunyi berulang kali, tanda meminta jalan. Orator yang menaiki mobil pickup bernapol AB 9563 E mengatakan "Penetapan harga mati, kalau presiden tidak menanggapi, Yogya ingin merdeka." Di mobil itu, juga terlihat satgas PDIP Yogya.
Orator juga menekankan larangan bertindak anarkis. "Kita harus membuktikan, masyarakat Yogyakarta cinta damai."
Di depan lima orang polisi, laki-laki berpakaian Jawa, lengkap dengan blangkon, surjan dan jarik, meneriakkan aspirasinya. "Pak polisi, Yogja merdeka, Pak!"
Polisi yang bertugas hanya tersenyum, menanggapi teriakannya. "Teriakan itu hanya emosi, Sultan saja tidak mengatakan merdeka," ucap petugas yang tidak bersedia menyebut namanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, ribuan warga Yogyakarta berunjuk rasa. Mereka menuntut adanya penetapan Sultan Yogyakarta sebagai gubernur DI Yogyakarta. (Mario Eko Danardono/Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News