kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tentang stress test OJK, Darmin: Tak perlu direspon berlebihan


Jumat, 04 Mei 2018 / 14:05 WIB
Tentang stress test OJK, Darmin: Tak perlu direspon berlebihan
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Darmin Nasution bersama Menperin Airlangga Hartarto


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu yang lalu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebutkan bahwa regulator telah melakukan stress test terhadap perbankan.

Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Bank Indonesia, Senin, 30 April 2018 lalu, Wimboh mengatakan bahwa stress test bahkan dilakukan hingga rupiah mendekati level Rp 20.000 per dollar AS. Hasilnya kata Wimboh, kondisi perbankan Indonesia masih cukup kuat.

Kemarin, nilai tukar rupiah terkapar. Berdasarkan JISDOR BI, Kamis (3/5), rupiah di posisi Rp 13.965 per dollar AS. Ini merupakan level terlemah rupiah sejak 2015 lalu. Salah satunya hal ini disebabkan oleh reaksi pasar atas pernyataan soal stress test tersebut.

Meski begitu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, stress test boleh-boleh saja dilakukan. Sebab, gunanya adalah mengetahui sampai level berapa sektor keuangan suatu negara mulai bermasalah

“Boleh-boleh saja. Tidak berarti dia kepingin segitu,” ujar Darmin di kantornya, Jumat (4/5).

Adapun menurutnya, market tidak perlu merespon berlebihan atas hal ini. “Katakanlah 20 ribu, bagaimana dia (OJK) bilang? Oke kan? Makanya ya sudah,” ucap dia.

Dia mengatakan, nilai tukar rupiah yang sekarang masih oke dibandingkan September tahun 2015 yang sempat mencapai 14.650. Namun demikian, seharusnya nilai tukar rupiah saat ini lebih rendah sedikit.

“Mestinya ini lebih rendah sedikit, tapi memang situasinya masih, ya memang mau dilihat sama market naiknya kapan dan berapa kali tahun ini (suku bunga The Fed). Kalau seluruh dunia kena, jangan terlalu dibahas-bahas Indonesia bagaimana. Dan melemahnya kan lebih kurang ya sama saja kalau sebulan terakhir, mau negara mana pun mengalaminya,” jelasnya.

Adapun ia menyebutkan, market memiliki satu penyakit yang umum terjadi, yaitu taper tantrum. “Kalau lagi begini, semua kemudian berpersepsi macam-macam dan ambil langkah, tapi nanti setelah kejadian tidak seserius itu kok,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×