Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kementerian Pertanian menargetkan surplus neraca perdagangan pertanian 2013 sebesar US$ 22,8 miliar. Angka ini sama dengan target 2012 lalu.
Hingga September 2012, surplus neraca perdagangan komoditas pertanian mencapai US$ 16,7 miliar dengan nilai ekspor pertanian mencapai US$ 27,2 miliar dan impornya mencapai US$ 10,53 miliar. Menteri Pertanian Suswono memperkirakan surplus neraca perdagangan pertanian 2012 mencapai US$ 22,8 miliar.
"Diperkirakan pertumbuhan neraca perdagangan pertanian Indonesia tidak akan mengalami perubahan dibandingkan tahun 2012 dengan surplus neraca perdagangan berkisar antaara US$ 16,7 hingga 22,8 miliar," kata Suswono, Senin (28/1).
Menurut Suswono, negara-negara tujuan ekspor tersebut sedang mengalami krisis ekonomi dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat. Bahkan, untuk negara-negara Eropa belum ada kepastian bahwa pada tahun 2013 bangkit dari krisis global.
"Maka diprediksi impor produk pertanian oleh negara-negara tersebut tidak akan meningkat," kata Suswono. Negara tujuan utama ekspor komoditas pertanian adalah China, AS, negara-negara Eropa dan India.
Selain komoditas pertanian yang mengalami surplus neraca perdagangan, komoditas lain yang akan mengalami surplus perdagangan adalah komoditas perkebunan. Per September 2012, surplus perdagangan mencapai US$ 23,9 miliar. Nilai ekspor perkebunan mencapai US$ 26,33 miliar sedangkan impornya sebesar US$ 2,3 miliar.
"Pada sub sektor perkebunan, komoditas kelapa sawit, karet, teh, kopi dan kakao merupakan komoditas andalan ekspor," kata Suswono. Sayangnya, Suswono tidak berani mematok berapa target surplus neraca perdagangan perkebunan pada 2013. Pasalnya, harga komoditas selalu naik turun.
Tidak seperti komoditas pertanian dan perkebunan yang mengalami suprlus, untuk sub sektor pertanian lainnya yakni tanaman pangan, hortikultura dan peternakan masih mengalami defisit. Untuk tanaman pangan dan peternakan, defisit neraca perdagangan berfluktuasi dengan kecenderungan menurun, "Sementara defisit neraca perdagangan hortikultura cenderung meningkat," kata Suswono.
Per September 2012, defisit neraca perdagangan tanaman pangan mencapai US$ 4,44 miliar. Pada 2011, defisitnya sebesar US$ 6,44 miliar lebih besar daripada defisit pada 2010 sebesar US$ 3,4 miliar. Sedangkan defisit neraca perdagangan hortikultura pada 2012 diperkirakan lebih dari US$ 2 miliar lebih tinggi dari 2011 yang hanya mencapai US$ 1,19 miliar. Per September 2012, defisit neraca perdagangan hortikltura mencapai US$ 1,15 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News