CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tak Cukup 5%, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Harus Naik Kelas, Minimal 6% - 7%


Selasa, 06 Februari 2024 / 17:04 WIB
Tak Cukup 5%, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Harus Naik Kelas, Minimal 6% - 7%
ILUSTRASI. Bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (1/2/2024). Tak Cukup 5%, Pertumbuhan Ekonomi RI Harus Naik Kelas Jadi Minimal 6% - 7%.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menekankan, pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% tak cukup untuk membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah. 

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi negara maju, Indonesia harus tumbuh minimal 6% secara tahunan (yoy) hingga 7% yoy. 

“Artinya, perlu ada tambahan 1% poin pertumbuhan ekonomi. Alias, perlu adanya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, yang tidak business as usual (tidak biasanya),” kata Amalia dalam peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, belum lama ini. 

Baca Juga: Deindustrialisasi Dini Jadi Tantangan Indonesia Masuk Negara Berpendapatan Tinggi

Ia menyebut, salah satu upaya yang bisa didorong untuk membawa Indonesia tumbuh lebih tinggi adalah dengan industrialisasi. 

Pada tahun 2000-an, kontribusi industri manufaktur ke produk domestik bruto (PDB) Indonesia tembus sekitar 32%. Namun, sayangnya, porsi industri manufaktur makin mengecil. 

Padahal idealnya, kalau mau loncat jadi negara maju, porsi kontribusi industri manufaktur harus ditingkatkan.  “Indonesia ini belum menjadi negara maju, malah sudah mengarah ke deindustrialisasi,” ungkapnya. 

Dengan demikian, Amalia memandang perlunya transformasi ekonomi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi lagi. 

Baca Juga: Bappenas Gandeng Jerman untuk Melakukan Reformasi Pengelolaan Sampah

Selain industrialisasi, Indonesia juga perlu untuk mendorong produktivitas sektor-sektor unggulan lain, seperti ekonomi dan keuangan syariah, serta mendorong upaya modernisasi digitalisasi pertanian. 

Mendorong ekonomi biru dan bio-economy, ekonomi kreatif dan pariwisata, usaha mikro kecil menengah juga koperasi pun tak kalah pentingnya. 

Plus, Indonesia perlu mendorong produktivitas badan usaha milik negara (BUMN) dan produktivitas tenaga kerja. 

Indonesia juga perlu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi dengan pembentukan dana abadi riset dan teknologi, juga masyarakat berkarakter ilmiah. 

Baca Juga: Ekonomi Global Goyang, Indonesia Bergeming

“Jangan sampai Indonesia melewatkan momentum tersebut. Walaupun penuh ketidakpastian, Indonesia perlu modal untuk melakukan transformasi segera,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×