kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun depan, defisit neraca transaksi melebar


Sabtu, 16 Juli 2016 / 09:10 WIB
Tahun depan, defisit neraca transaksi melebar


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) pada tahun depan akan melebar. Pelebaran ini merupakan imbas dari kegiatan ekonomi yang bakal lebih meningkat, seiring pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan membaik.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, neraca transaksi berjalan akan defisit hingga 2,7% terhadap nilai produk domestik bruto (PDB). Meski begitu, BI melihat pelebaran defisit transaksi berjalan ini masih cukup aman lantaran masih ada di bawah 3% dari PDB.

Menurut BI, pelebaran defisit transaksi berjalan ini sebagian besar akan berasal dari kegiatan ekspor dan impor. "Meningkatnya proyek infrastruktur akan menjadi pendorong pelebaran CAD," kata Agus, Kamis (14/7).

Menurutnya, proyek infrastruktur akan meningkat seiring membanjirnya dana di dalam negeri sebagai dampak dari kebijakan pengampunan pajak. Dengan adanya proyek infrastruktur, permintaan bahan baku impor akan naik, karena sebagian besar kebutuhan infrastruktur saat ini masih berasal dari impor.

Sebagai catatan, dalam dua tahun terakhir, defisit transaksi berjalan terus menyempit. Pada tahun 2014, defisit transaksi berjalan Indonesia mencapai US$ 27 miliar dan kembali turun menjadi US$ 17 miliar pada tahun 2015.

Pada kuartal I-2016, nilai defisit transaksi berjalan Indonesia sebesar US$ 4,6 miliar. Nilai ini setara dengan 2,1% dari PDB. Angka ini lebih rendah dibanding kuartal IV-2015 sebesar US$ 5,1 miliar atau 2,3% dari PDB.

Hingga akhir tahun 2016 ini, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan berada di kisaran US$ 20 miliar. Perbaikan defisit transaksi berjalan terjadi seiring dengan kenaikan kinerja ekspor dan impor. Ini bisa dilihat dari neraca perdagangan di tiga bulan pertama 2016 yang surplus hingga US$ 1,65 miliar.

Sementara pada tahun depan, BI memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 5,2% - 5,6%. Lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sekitar 5,3%.

Repatriasi jadi stimulus

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, kebijakan pengampunan pajak memang akan memberi dampak sangat signifikan ke Indonesia. Termasuk terhadap defisit transaksi berjalan dan indikator ekonomi lainnya, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Aliran dana dari repatriasi dan penerimaan negara dari pajak dalam bentuk pembayaran uang tebusan akan menjadi stimulus kegiatan ekonomi. Tidak hanya dari proyek pemerintah, melainkan juga proyek swasta.

Direktur Institute for Development of economic and Finance (Indef) Enny Srihartati bilang, pelebaran defisit transaksi berjalan bisa terjadi lantaran geliat di sisi perdagangan.

Tahun depan, kata Enny, selain ada peluang peningkatan impor karena geliat ekonomi, juga akan ada perbaikan kinerja ekspor. Menurutnya, membaiknya kinerja ekpor pada tahun depan merupakan dampak dari perbaikan harga komoditas dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×