CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Surplus Neraca Perdagangan Naik Pada Maret 2024, di Tengah Ketidakpastian Global


Selasa, 23 April 2024 / 15:25 WIB
Surplus Neraca Perdagangan Naik Pada Maret 2024, di Tengah Ketidakpastian Global
ILUSTRASI. Surplus neraca perdagangan yang naik pada Maret 2024, menunjukkan ketahanan eksternal Indonesia masih baik.ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyatakan surplus neraca perdagangan yang naik pada Maret 2024, menunjukkan ketahanan eksternal Indonesia masih baik.

Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 mencatatkan surplus sebesar US$ 4,47 miliar, memperpanjang capaian surplus neraca perdaganan Indonesia secara berturut-turut selama 47 bulan sejak bulan Mei 2020.

Nilai tersebut lebih tinggi US$ 1,64 miliar dibandingkan surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 dan lebih tinggi terhadap bulan yang sama di tahun 2023 yang tercatat sebesar US$ 2,83 miliar.

Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari sampai dengan Maret 2024 mencapai US$ 7,31 miliar.

Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Diperkirakan Capai 0,61% dari PDB pada Kuartal I

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menilai capaian positif ini tentunya patut disyukuri, di tengah ketidakpastian perekonomiam global.

“Berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi domestik  yang sangat baik,” tutur Febrio dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/4).

Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar US$ 22,43 miliar, turun 4,19% year on year (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor pada bulan Maret 2024 meningkat 16,40% month on month (mtm), sejalan dengan peningkatan harga komoditas ekspor global sepanjang bulan Maret, khususnya untuk komoditas batu bara dan logam mulia.

Jika dilihat secara sektoral, penurunan ekspor terjadi pada industri pertambangan, sedangkan industri pengolahan dan sektor pertanian masih tumbuh cukup baik sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di negara mitra utama seperti AS dan India.

Sementara itu, China sebagai mitra utama dengan share 22,44% terhadap total ekspor Indonesia, mengalami pertumbuhan yang terhambat akibat krisis properti yang juga berdampak pada termoderasinya aktivitas perdagangan Indonesia dan Tiongkok.

Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari hingga Maret 2024 tercatat mencapai US$ 62,20 miliar, turun 7,25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 67,06 miliar.

Selanjutnya, impor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar US$17,96 miliar atau turun 12,76% yoy, didorong oleh menurunnya impor sektor nonmigas sebesar 16,72% yoy di tengah kenaikan impor sektor migas sebesar 10,34% yoy.

Namun, jika dilihat dari sisi volume, impor pada bulan Maret 2024 masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,11% yoy.

Kemudian berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang modal dan bahan baku penolong mengalami penurunan, sedangkan impor barang konsumsi meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat menjelang lebaran.

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang RI Meningkat Pada Maret 2024, BI: Menopang Ketahanan Eskternal

Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari s.d. Maret 2024 tercatat mencapai US$ 54,90 miliar, turun sebesar 0,10% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$ 54,95 miliar.

Ke depan, Febrio menyampaikan aktivitas ekonomi sepanjang tahun 2024 masih akan diwarnai beragam  tantangan yang akan menghambat aktivitas perdagangan global seperti tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap global supply chain, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.

Sementara itu, menurut World Economic Outlook yang terbit pada April 2024 proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2024 sebesar 3,2%, masih berada di bawah rata-rata tahunan historis (2000–2019) yang mencapai 3,8%.

“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global dan kondisi geopolitik termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional. Pemerintah juga akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” tutup Febrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×