Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diproyeksi lebih tinggi, yakni 5,3% dari 5,07% di 2017 akan mendorong peningkatan impor. Di sisi lain kinerja ekspor diperkirakan tumbuh terbatas sejalan dengan kenaikan harga komoditas ekspor Indonesia yang juga masih terbatas.
Kondisi tersebut akan berdampak pada surplus neraca dagang 2018, yang diprediksi menyusut dari tahun 2017 yang sebesar US$ 11,84 miliar. Bahkan penyusutan surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mulai terjadi pada Januari ini.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan, surplus neraca perdagangan bulan Januari 2018 hanya mencapai US$ 61 juta, setelah mengalami defisit US$ 270 juta di Desember 2017. Menurutnya, rendahnya surplus neraca perdagangan tersebut disebabkan kinerja ekspor dan impor yang melambat.
Ini sejalan dengan pola historisnya. "Secara bulanan, ekspor dan impor Januari turun dibanding bulan sebelumnya," kata Juniman kepada KONTAN, Selasa (13/2).
Dibandingkan Januari 2017, ekspor dan impor Januari 2018 diperkirakan masing-masing tumbuh 7,29% year on year (YoY) dan 19,63% YoY. Angka itu lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahunan di Desember 2017. Namun catatannya, tingginya pertumbuhan impor di awal tahun ini karena impor di Januari 2017 yang sangat rendah karena penurunan harga minyak saat itu.
Sedangkan untuk keseluruhan tahun 2018, Juniman memperkirakan, kinerja impor tahun ini akan tumbuh 7,34% YoY menjadi US$ 168,4 miliar. "Impor barang modal dan bahan baku yang jadi penopang impor tahun ini. Sementara impor barang konsumsi terbatas masih karena persoalan daya beli," tambah dia.
Namun kinerja ekspor diperkirakan hanya akan tumbuh terbatas 4,45% YoY menjadi US$ 176,2 miliar. Menurut Juniman, terbatasanya kinerja ekspor karena harga sejumlah komoditas penopang ekspor Indonesia maksimal hanya akan tumbuh 10% YoY di tahun ini. Makanya, surplus neraca perdagangan 2018 diperkirakan menyusut menjadi US$ 7,8 miliar.
"Kalau mengandalkan commodity base ekspor Indonesia sulit tumbuh cepat. Harusnya pemerintah mulai fokus ke industrialisasi agar peranan manufaktur dalam ekspor makin besar," tandasnya.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga meramalkan, pertumbuhan impor tahun ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekspornya. Impor 2018 akan tumbuh 14% YoY dan ekspor hanya akan tumbuh 11% YoY.
Dengan demikian, surplus neraca perdagangan tahun ini diperkirakan hanya mencapai sekitar US$ 10 miliar. Untuk Januari tahun ini, David memperkirakan surplus neraca dagang hanya akan mencapai US$ 434 miliar.
David bilang, lebih tingginya impor sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Sementara kinerja ekspor, masih ditopang komoditas yang harganya tahun ini diperkirakan masih akan tumbuh.
Penyokong ekonomi
Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memperkirakan, kineja ekspor akan menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi 2018, terutama ditopang oleh peningkatan harga komoditas.
Apalagi Aldian bilang, meski ekonomi China tahun ini diperkirakan melambat ke 6,5% dari tahun lalu yang sebesar 6,9%, pihaknya melihat konsumsi dari Negeri Tirai Bambu tersebut cukup baik
Hal senada juga dikemukakan Dendi Ramdani, Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri. Ia memproyeksikan ekspor tahun 2018 masih meningkat dibandingkan tahun lalu. Meskipun begitu peningkatakannya melambat dibandingkan 2017. Hal ini disebabkan kenaikan harga komoditas tahun ini tidak sebesar tahun lalu.
Ia juga memproyeksikan impor tahun 2018 meningkat pesat karena perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih cepat mencapai 5,3%. "Semakin ekonomi tumbuh tinggi, maka kebutuhan impor bahan baku dan barang modal juga akan makin tinggi," ujarnya.
Oleh karena itu ia memproyeksikan surplus perdagangan 2018 masih akan meningkat, meskipun peningkatannya tidak setinggi tahun 2017. Neraca perdagangan 2018 diperkirakan mencapai US$ 17,8 miliar, atau meningkat dari tahun 2017 yang sebesar US$ 17,5 miliar dan tahun 2016 sebesar US$ 15,4 miliar. (adinda)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News