Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
Bagi yang berminat mengikuti program Creative Business Incubator BCIC, bisa mendaftar melalui tautan bit.ly/CBI-BCIC2020. Informasi lebih lanjut terkait program tersebut, juga dapat diperoleh melalui akun instagram @bcicofficial atau @ditjenikma.
Gati meyakini, melalui program tersebut, para pelaku industri kreatif pemula bidang kriya dan fesyen akan diberikan pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan bisnisnya (scaling-up) agar bisa lebih berdaya saing, baik di kancah domestik maupun global. Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah menciptakan wirausaha industri baru, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM).
“Sebab, jumlah pengusaha muda ekonomi kreatif yang berusia di bawah 30 tahun masih sekitar 10,68% dari total pengusaha ekonomi kreatif yang mencapai 8,2 juta orang. Oleh karena itu, melalui momentum bonus demografi yang dinikmati Indonesia pada tahun 2030, di mana proporsi usia produktif akan mencapai lebih dari 88 juta jiwa, menjadi peluang untuk menumbuhkan wirausaha muda,” ungkapnya.
Baca Juga: Jaga sektor industri produktif, Menperin akan turunkan bea masuk produk industri
Apalagi, ekonomi kreatif memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Capaian ini terlihat pada tahun 2016 yang menyumbang hingga Rp 922,59 triliun, dan meningkat menjadi Rp 1.102 triliun sepanjang tahun 2018. Artinya, dalam tiga tahun nilainya mampu melonjak 19,45%.
Adapun tiga subsektor industri kreatif yang memiliki kontribusi terbesar, yaitu industri kuliner (41,69%), industri fesyen (18,15%) dan industri kriya (15,70%). “Maka itu, salah satu tujuan kami menumbuhkan perajin kain khas Sasirangan di Banjarmasin, yang dalam beberapa tahun terakhir telah diarahkan oleh Pemerintah Kota untuk menggunakan bahan pewarna alam yang ramah lingkungan,” tutur Gati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News